Jangan Terlalu Lama Mandi Saat Musim Kemarau
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) menyarakan untuk mengurangi durasi mandi pada saat musim kemarau. Hal itu untuk menjaga kesehatan kulit, agar terlepas dari kekeringan yang memicu gatal berujung infeksi.
Menurut anggota Perdoski Divisi Dermatologi Anak Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Reiva Farah Dwiyana, durasi ideal mandi saat musim kemarau adalah lima menit. Air yang digunakan, kata Reiva, bisa air dingin atau hangat.
"Enggak boleh air panas apalagi misalkan berendam di air belerang gitu, itu akan tambah kering. Terus memakai sabun yang mengandung pelembab. Ya sabun khusus yang mengandung pelembab dan setelah itu wajib memakai pelembab keseluruh tubuh. Didiamkan dahulu biar menyerap, baru kemudian dipakai bajunya dan itu dua kali sehari. Kalau kering banget, bisa sebelum tidur jadi bisa tiga kali sehari," ujar Reiva di RSHS Bandung, Kamis, (11/7/2019).
Reiva mengatakan, agar kulit tetap lembab, jangan menggunakan sabun antiseptik selama musim kemarau. Karena sabun tersebut bisa menyebabkan kulit kering.
Namun tidak selamanya sabun antiseptik harus dihindari. Kata Reiva, sabun ini masih diperlukan kegunaanya usai beraktifitas di luar ruangan dan seharian terapar sinar matahari.
"Tapi kalau tiap hari biar supaya tidak kering katanya pakai antiseptik, justru akan makin kering. Dan apabila terasa gatal, jangan digaruk juga apalagi terdapat kelainan kulit seperti eksim gitu, digaruk pun akan tambah kering," ujar Reiva.
Reiva menjelaskan kekeringan terhadap kulit selama musim kemarau bisa makin parah bila seseorang memiliki alergi atau penyakit sistemik lain. Penyakit sistemik yang dimaksud adalah penyakit ginjal atau hati.
Untuk menghindari kekeringan kulit selama musim kemarau, dia menyarankan untuk mengonsumsi air putih yang cukup. Selain asupan air putih yang cukup, mengonsumsi sayur dan buah - buahan juga sangat diperlukan.