Masih Ada Bisnis Prostitusi di Sekitar GOR Ciracas

Jakarta, era.id - Seharusnya lokalisasi Boker di Ciracas, Jakarta Timur, cuma tinggal kenangan. Kehadiran Gelanggang Olahraga (GOR) Ciracas, yang beroperasi sejak tahun 2010 lalu, bisa mengubah itu semua. Tapi teori memang tak selalu sejalan dengan praktiknya.

Penelusuran Antara, Jumat (26/7/2019), bisnis esek-esek ini belum juga hilang. Ada banyak faktor. Salah satunya karena memberi keuntungan juga buat warga sekitar. Sebuah kenyataan pahit sebenarnya.

Warga RW 01 Kelurahan Susukan, Suhandi, bilang, bisnis esek-esek yang ada di sekitar tempat tinggalnya memberi efek ekonomi. Banyak usaha kecil seperti warung kopi atau tempat makan yang muncul. Kehadiran mereka sebagai tempat menunggu orang yang hendak memanfaatkan jasa Pekerja Seks Komersial (PSK) di seputaran gang Jalan Raya Bogor itu.

"Kalau banyak orang yang datang, gang di sini seperti sedang ada perayaan Agustus-an. Meriah walau tanpa kembang api. Otomatis jadi banyak yang berjualan juga terutama Sabtu malam," ujar Suhandi.

Tidak cuma sekadar menunggu. Sebagian dari mereka juga banyak yang datang untuk minum-minuman keras dan berkumpul dengan sejawatnya. Beruntung, kata Suhandi, belum ada terjadi tawuran atau konflik horizontal yang serius.

"Ada saja orang-orang yang mabuk-mabukan entah karena minuman atau obat-obatan terlarang. Tapi nggak pernah aneh-aneh, ribut gitu," ungkap Suhandi.

Masih eksisnya bisnis prostitusi di kawasan ini memang menjadi dilema. Diperparah lagi dengan kurangnya penolakan dari warga sekitar. Mereka berkilah, kehadiran bisnis prostitusi tidak mengganggu kehidupan warga sekitar.

"Padahal orang-orang di sini cukup taat beragama, ada rumah ibadah juga. Jadi ya memang bisa dibilang cukup aneh, sih. Mungkin harus mentalnya yang diubah bukan lokasinya," kata warga lainnya yang mengaku bernama Ida.

Dia memberi saran kalau permasalahan prostitusi tidak bisa langsung selesai hanya dengan mengubah lokalisasi menjadi ruang publik positif. Namun kehadiran GOR ini, biar bagaimana pun juga, sedikit banyak bisa menghapus citra buruk kawasan Boker dan melahirkan sistem kemasyarakatan yang lebih sehat.

"Harapan saya sih lama-lama orang di sini bisa sadar kalau hal itu nggak baik. Mungkin lima sepuluh tahun lagi tempat ini bersih total karena PSK-nya sudah tua semua," celetuknya.

Memang, mayoritas para penjaja cinta sesaat di kawasan ini, adalah perempuan berusia kepala empat. Ada juga perempuan-perempuan muda berusia dua puluhan. Namun jumlahnya tidak banyak.

 

Tag: prostitusi