Polusi Jakarta yang Terburuk di Dunia, Salah Siapa?

Jakarta, era.id - Jakarta belum juga mau lepas dari 10 besar kota dengan polusi paling buruk di planet ini. Bahkan siang ini, merujuk data AirVisual pukul 13.42 WIB, Jakarta masih nangkring di peringkat pertama kota paling berpolusi dengan Air Quality Index (AQI) Jakarta berada di angka 176.

Aplikasi bikinan Yann Boquillod, entrepreneur asal Prancis tahun 2015 ini punya cara untuk menghitung level polusi sebuah kota. Melalui AirVisual Node, AirVisual menghitung partikel-partikel yang ada di udara. Datanya dihitung dengan algoritma khusus, lalu dikalibrasi dengan temperatur dan kelembapan sehingga muncul informasi kadar PM hingga CO2 secara real-time dan prediksi kualitas udara ke depan.

AirVisual, Senin (29/7/2019) merekomendasikan buat semua yang ada di Jakarta supaya bisa terus menggunakan masker. Jangan membuka jendela hingga udara luar masuk ke dalam ruangan. Gunakan air purifier dan jangan dulu menerapkan slogan bike to work.

Terkait data itu, Pemprov DKI pasang badan. Tidak mau disalahkan begitu saja dengan makin parahnya kualitas udara kota ini. Kata Kepala Seksi Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Agung Winarno, salah satu biang keladinya masalah kegiatan ekonomi.

Di Jakarta, pergerakan baik orang maupun barang dan pada akhirnya berdampak terhadap kualitas udara dari kendaraan bermotor. Merujuk hasil kajian, 75 persen sumber pencemaran udara di Jakarta berasal dari transportasi darat.

Agung Winarno membeberkan data di DKI, ada 3,5 juta kendaraan pribadi roda empat. Sedangkan kendaraan khusus lainnya yang berlalu lalang di DKI Jakarta sebanyak 4,7 juta. Sedangkan roda dua atau sepeda motor, berdasarkan data BPS, angkanya mencapai 13,3 juta kendaraan. 

"Padahal jumlah warga DKI Jakarta itu sekitar 10 juta," kata Agung Winarno seperti dilansir dari Antara. Angka itu belum termasuk kendaraan-kendaraan yang masuk dari daerah sekitarnya yang berjumlah sekitar 1-2 juta kendaraan. 

"Jadi total sekitar 20 juta kendaraan setiap hari di DKI Jakarta sehingga memengaruhi kualitas udara di sekitar," tegasnya.

Agung Winarno juga menilai pembangunan infrastruktur, kegiatan domestik atau rumah tangga serta pembangkit listrik, turut andil menyumbang pencemaran udara di DKI Jakarta.

Untuk mengatasi masalah pencemaran tersebut, pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah mengambil sejumlah kebijakan. Salah satunya dengan meningkatkan layanan angkutan umum massal, mulai dari MRT yang fase keduanya juga sedang berjalan dan kendaraan umum massal lainnya.

Strategi berikutnya adalah dengan meningkatkan perlengkapan uji emisi kendaraan bermotor dan penambahan ruang hijau serta penanaman pepohonan yang dapat menyerap PM 2,5 di udara yang sebagian besar dikeluarkan oleh asap kendaraan bermotor. Selain itu, pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga berupaya meningkatkan integrasi ruang terbuka hijau dengan jalur pedestrian.

Karena itu, mereka berharap masyarakat bisa mulai beralih menggunakan kendaraan umum massal seiring dengan peningkatan jalur pedestrian yang nyaman bagi warga. Ia mengatakan, pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga saat ini sedang merencanakan pengadaan bus TransJakarta dengan bahan bakar listrik.

Strategi-strategi tersebut, kata dia, tentunya diharapkan dapat mengurangi emisi sehingga dapat meningkatkan kualitas udara di DKI Jakarta. Rencana aksi itu terdiri dari upaya peningkatan pengukuran dan monitoring kualitas udara dengan menyiapkan alat pemantauan kualitas udara, yang ditargetkan akan sebanyak 25 alat pemantau dan tersebar di seluruh wilayah DKI sehingga bisa mewakili informasi tentang kualitas udara di Jakarta.

Tag: hari lingkungan hidup