Kebingungan Pemprov DKI Soal Udara Jakarta yang Membaik

Jakarta, era.id - Pemprov DKI Jakarta dilanda kebingungan. Kualitas udara di kota dengan populasi penduduk lebih dari 10 juta jiwa ini tiba-tiba membaik setelah pemadaman listrik yang melanda sebagian wilayah di Pulau Jawa pada Minggu (4/8). 

Padahal, sebelumnya dalam dua bulan terakhir, DKI Jakarta masuk dalam predikat lima besar kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Ini merujuk data aplikasi pemantau udara AirVisual. 

Kebingungan ini dirasakan Humas Dinas Lingkungan Hidup DKI Yogi Ikhwan. Dia mengaku tidak tahu kenapa kualitas udara di ibu kota membaik, tepat di saat insiden pemadaman listrik.

"Harus dikaji dulu karena sumber polutannya agak susah. Harus ada kajian khusus itu. Enggak bisa langsung disimpulin penyebabnya apa," ucap Yogi saat dihubungi, Selasa (6/8/2019).

Penurunan pencemaran polusi udara memang enggak segampang itu disimpulkan penyebabnya. Mengingat, kata Yogi, banyak variabel polusi udara di Jakarta. 

Salah satu penyebab polusi yang paling besar sih emisi kendaraan bermotor. Tapi, Dinas LH juga belum bisa memastikan apakah jumlah kendaraan yang berlalu-lalang di DKI mengalami penurunan saat pemadaman listrik. 

"Tapi kalau misalnya kalau pemadaman orang makin banyak menggunakan transportasi publik, dia tidak menggunakan kendaraan pribadi, terus jalanan jadi enggak macet, mungkin itu bisa langsung ada pengaruhnya. Karena kalau kendaraan itu polusinya tinggi, jadi lebih mudah disimpulkan," jelas dia. 

Sebenarnya, Dinas LH bisa mengkaji penurunan polusi udara, tapi itu membutuhkan waktu. Selain itu, Pemprov juga mesti bekerja sama dengan tenaga ahli untuk menganalisis sumbernya. 

Perlu diketahui, kualitas udara Jakarta pada Selasa pagi (6/8), sehari setelah listrik padam, menunjukkan kondisi yang cukup baik. Data dari aplikasi AirVisual menunjukkan Jakarta menempati urutan ke-12 dengan kualitas udara pada kategori moderat. Air Quality Index (AQI) Jakarta berada di kisaran angka 70-90. Artinya, kualitas udara di Jakarta masih dapat ditolerir terhadap kesehatan. 

Jika dibandingkan, Jakarta sempat menempati urutan pertama kualitas udara terburuk dengan Air Quality Index (AQI) sebesar 161 US AQI pada Selasa (30/7) pukul 11.35 WIB. 

Perlu diingat, angka AQI dan peringkat polusi bisa berubah sewaktu-waktu, berdasarkan kondisi cuaca dan temperatur. Seperti prediksi AirVisual siang nanti, pukul 13.00n WIB, AQI Jakarta akan berada di angka 51-100 dengan kategori moderat. 

AQI merupakan indeks yang menggambarkan tingkat keparahan kualitas udara di suatu daerah. AQI dihitung berdasarkan enam jenis polutan utama, yaitu PM 2,5, PM 10, karbon monoksida, asam belerang, nitrogen dioksida, dan ozon permukaan tanah.

Rentang nilai AQI adalah 0-500. Makin tinggi nilainya, berarti makin tinggi tingkat polusi udara di wilayah tersebut. Skor 0-5 berarti kualitas udara bagus, 51-100 berarti moderat, 101-150 tidak sehat bagi orang yang sensitif, 151-200 tidak sehat, 201-203 sangat tidak sehat, dan 301-500 ke atas berarti berbahaya.

Tag: pemprov dki jakarta