Saatnya Generasi Milenial Melek Politik
This browser does not support the video element.
"Ini niscaya, harus. Kalau enggak nanti kehilangan relevansi. Jadi memang harus ada sebuah pembaruan," kata politisi PDIP ini di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (18/1/2018).
Daya serap milenial terhadap teknologi tak dapat dibantah. Melalui teknologi, milenial yang lahir pada rentang 1980 hingga 2000-an cepat tanggap terhadap situasi di sekitarnya. Kepemilikan informasi yang berlimpah tersebut dapat dimanfaatkan untuk merubah segala sektor menjadi lebih baik. Muara dari semua sektor pembangunan itu, kata Budiman, adalah politik.
"Zaman dan tantangan-tantangan baru serta teknologi mengharuskan kita membuat pembaruan dalam segi politik. Karena menghadapi tantangan baru, zaman baru, ekonomi, bisnis, teknologi, ya harus disikapi secara politik," imbuh Budiman.
Pada umumnya generasi milenial memiliki pemikiran berbeda dengan generasi sebelumnya. Ketika milenial melek politik, pemimpin muda akan bermunculan. Saat itu, Budiman menilai wajah legislatif akan lebih berwarna. Pandangan akan masalah yang terjadi disikapi dengan ide-ide kreatif, tidak lagi secara teoritis.
"Saya harap DPR akan lebih variatif, DPR akan lahir dari perbincangan-perbincangan ide. Tidak harus teoritis," ujar dia.
Keinginan Budiman ini juga terkait minimnya inovasi di dunia politik tanah air. Dia menganggap politik di Indonesia ketinggalan zaman, tidak selaras dengan teknologi yang makin maju. Jika ini dibiarkan, lanjut Budiman, para pelaku politik akan tertinggal di belakang.
"Di sektor-sektor lain teknologi sudah banyak terobosan. Tinggal di politik nih, kita butuh terobosan atau enggak. Karena kalau politik nggak dibuat terobosan, para pelaku politik akan tertinggal di belakang," jelas Budiman
Politisi asal Cilacap ini menegaskan, keberadaan politik untuk mengatur kemajuan negara. Sudah sepatutnya politik mengikuti arus zaman dan diisi oleh generasi milenial yang memiliki pola pikir kekinian. Sebab itu, kata Budiman, sudah sepatutnya generasi lawas menyerahkan estafet kepemimpinan kepada generasi milenial.
"Politik ada untuk memimpin dan mengatur. Kalau yang memimpin dan mengaturnya enggak ngerti apa-apa, ketinggalan, sementara yang diaturnya lebih pinter, ya ditinggal," tandas Budiman.