Sepenggal Cerita Habibie yang Selalu Murah Senyum
Tajudin, seorang pengurus RT di lingkungan tempat tinggal Habibie menceritakan sosok almarhum yang ringan tangan dan mau membantu siapa saja. Mantan Wakil Presiden Soeharto itu juga kerap memberikan santunan bagi warga kampung yang berdekatan dengan wilayah Patra Kuningan, Jakarta Pusat.
"Kalau di masjid ada santunan juga buat warga yang minta. Banyak biasanya. Ada bantuan rutinitas juga yang suka diumumkan di masjid. Jadi dia sudah selalu siap gitu kan amplopnya. Nyantunin warga yang ada di belakang komplek dan masjid," kata Tajudin saat berbincang dengan era.id di Jalan Patra Kuningan IX, Jakarta Pusat, Rabu (11/10/2019) malam.
Dia mengatakan, jika tidak sedang berangkat ke luar kota atau luar negeri maka tiap Jumat, Habibie selalu melaksanakan ibadah di sana. Jika Habibie datang, banyak masyarakat dari perkampungan sekitar perumahan elite itu datang ke Masjid Darussalam.
"Pokoknya kalau Pak Habibie datang, pasti lebih banyak warga yang sekitar belakang rumah (datang). Ini kan belakang perkampungan, rumah padat penduduk," ujarnya.
Meski jarang bertatap muka secara langsung, Tajudin mengatakan keluarga Habibie secara rutin memberikan hewan kurban ketika Hari Raya Idul Adha dan dititipkan ke masjid supaya dipotong dan dibagikan dagingnya.
Pria berusia 50 tahun ini juga menyebut, Habibie terakhir kali terlihat berkumpul bersama warga waktu Pilpres 2019 lalu. Saat itu, dia menggunakan hak pilihnya bersama warga lain.
Lain cerita dari mantan ajudan Habibie, Mayor Jenderal TNI (Purn) TB Hasanuddin ketika mengenang sosok mantan atasannya itu. Dia mengatakan, Habibie merupakan sosok yang dekat dengan orang-orang di sekitarnya. Tak terkecuali para asisten dan ajudannya.
"Dengan ajudan pun kadang-kadang ajak makan satu meja bareng kemudian diambilkan nasi. Kemudian dari situ beliau ngobrol, guyon. Tidak ada tabir yang membatasi," kata TB Hasanuddin kepada wartawan.
Hasanuddin mengatakan, Habibie tak pernah membedakan orang lewat pangkat. Walau saat itu pangkatnya Kolonel, tapi Habibie tetap mau mendengarkan saran dari dirinya. Ini menunjukkan Habibie merupak sosok yang demokratis, menurut dia.
Dalam ingatannya, ada sedikit cerita yang membekas baginya kala bersama Habibie. Di mana ia tahu, kalau Habibie adalah sosok suami dan bapak yang sangat setia kepada istri serta keluarga.
"Pada suatu saat, Bapak itu sudah ditunggu oleh beberapa pejabat dari luar negeri, oleh beberapa utusan dari Amerika. Ada utusan dari beberapa negara," ujar Hasanuddin.
Saat telah konvoi iring-iringan mobil kepresidenan berangkat, tiba-tiba BJ Habibie meminta kembali pulang. "Begitu dalam konvoi 100 meter, beliau memerintahkan untuk kembali lagi. Kami kembali ke kediaman, kemudian Bapak lari ke meja makan dan Bapak lari minum kopi," tuturnya.
Hasanuddin sempat melayangkan protes kepada Habibie, karena menghentikan secara tiba-tiba iring-iringan mobil kepresidenan secara mendadak untuk secangkir kopi.
"Saya agak protes saya bilang, 'Bapak, kenapa Bapak tidak perintahkan saya untuk mengambilanya atau kami buatkan di Istana', 'Oh tidak, ini ibumu (Ainun) yang buat, saya harus menghormatinya. Kasihan Beliau sudah bangun pagi-pagi membuatkan secangkir kopi masa tidak saya minum'," ujar Hasanuddin menirukan jawaban Habibie yang membuatnya tersentuh dan menghormati sosoknya lebih dalam.
Sebelumnya, Habibie meninggal di RSPAD Gatot Soebroto setelah sempat menjalani perawatan intensif sejak 1 September 2019. Menurut laporan, Habibie meninggal pukul 18.05 WIB akibat menurunnya kesehatan jantung.
Setelah disemayamkan di rumah duka di Jalan Patra XIII, Jakarta Pusat, Habibie bakal dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan. Prosesi pemakaman ini rencana bakal dimulai pada pukul 14.00 WIB dan inspektur upacara dalam pemakaman tata cara militer dipimpin oleh Presiden Jokowi.