Meminimalisasi Tumpukan Pakaian dengan Ikut #TukarBaju
Jakarta, era.id - Berangkat dari kesadaran akan perlunya mengubah gaya hidup konsumtif, ternyata sejalan dengan tren fashion saat ini. Perlahan milenial mulai melirik konsep hidup minimalis dan memperhatikan dampak buruk dari lingkungan.
Tak bisa dipungkiri memang, siklus mode busana tak lagi berpatokan dengan musim. Hal ini membuat bisnis pakaian, berkembang ke arah fast fashion --istilah modern untuk menyebut pakaian murah yang diproduksi cepat oleh toko retail demi menanggapi tren baru.
Bagi banyak orang, kemunculan fast fashion justru menjadi kabar buruk yang semakin melanggengkan budaya konsumerisme di masyarakat. Kabar buruknya lagi, fast fashion turut menyumbang pencemaran lingkungan dan eksploitasi pekerja demi menciptakan produk murah yang bisa dijangkau seluruh lapisan masyarakat.
Hal itulah yang ditangkap oleh komunitas Zero Waste Indonesia, dengan mengajak masyarakat untuk bergaya hidup #zerowaste dengan meminimalisasi sampah, secara khusus pakaian. Salah satu caranya, menukar pakaian lama kalian untuk orang lain yang lebih membutuhkan. Idenya mirip seperti donasi atau menyumbangkan pakaian lama kalian. Tapi lewat #TukarBaju, kalian bisa mendapatkan baju baru setelah menukar pakaian lama kalian.
Jadi saat, kalian punya pakaian yang masih layak pakai dan jarang digunakan karena berbagai alasan seperti ‘ah masih sayang’, ‘barang ini dulunya punya kenangan’, 'simpan dulu deh nanti juga dipakai', dan masih banyak lagi alasannya. Kalian bisa ikut menukarnya di #TukarBaju, jadi kalian tidak harus ketinggalan fashion dengan tumpukan baju yang sudah dibeli.
Seperti halnya yang dilakukan Anisa Malia (25), yang pernah ikut berpartisipasi di acara #TukarBaju. Bagi Anisa, ketimbang membeli baju dan terjebak tren fast fashion yang menuntutnya harus membeli banyak pakaian. Dirinya lebih memilih untuk menukar semua pakaian dan barangnya dengan ikut #TukarBaju.
“Awalnya ikutan tukar baju karena gue rutin declutter (menyimpan) pakaian. Jadi selagi bisa pinjam atau tukar, gue bakal coba itu dulu sih. First impression ya datang ke acaranya rapih banget. Berasa lagi milih baju baru di toko gitu,” kata Anisa saat berbincang dengan era.id, Sabtu (21/9/2019).
Anisa menjelaskan, tidak sekedar datang lalu pilih baju dan pergi. Tukar baju ternyata mementingkan kepuasan mereka yang berpartisipasi. Di mana, pakaian yang ada sudah diseleksi kondisi fisik barang atau dikurasi, dikelompokan sesuai warna dan jenisnya.
“Baju sama selama dipisah jadi enak milihnya. Nah, kedua kali ikut acaranya pas di Grand Indonesia itu lebih ramai, dari yang pertama. Nah itu juga dia (penyelenggara) buat antrian biar enggak sesak saat milihnya. Pokoknya dibuat nyaman banget. Padahal ya bukan lagi beli baju, cuma sekedar tukar. Pokoknya gue jadi ketagihan ikut tukar baju. Selagi bisa punya baju ‘baru’ gratis, ngapain beli,” ujar Anisa.
Menurut Anisa, jika dilihat dari perspektif zero waste tukar baju bisa menjadi solusi mengurangi limbah tekstil dan sampah fashion. Meningkatkan kesadaran akan lebih perduli dengan bumi, jadi salah satu alasannya.
“Itu jadi salah satu bentuk partisipasi gue akan peduli bumi. Ini jadi langkah awal di mana gue belajar hidup minimalis. Enggak melulu ngikutin perkembangan fesyen yang mana jadi impulsive buying,” tuturnya.
Belajar jadi minimalis, kata Anisa, sudah dilakukannya selama kurang lebih 7 bulan. Sedangkan, belajar untuk hidup zero waste sudah ia tekuni selama 4 bulan. Lagi-lagi karena kesadaran limbah tekstil yang berakibat buruk pada kerusakan bumi.
“So I migrate to slow fashion. Meminimalisir hal-hal di atas dengan stop beli pakaian baru sejak 4 bulan yang lalu, dan coba konsisten sampai bulan-bulan berikutnya? Rutin declutter pakaian yang sudah enggak ‘sparks joy’ lagi, lalu di preloved atau di #TukarBaju Kalau urgently butuh pakaian, gue coba thrifting dulu, tapi dengan menerapkan ‘1 in 1 out’ masuk pakaian baru, keluar pakaian lama,” tuturnya.
Jadi ketimbang banyak pakaian yang tertumpuk di lemari pakaian, ada baiknya ikut komunitas semacam ini. Enggak harus beli pakaian baru, pakaian lama pun bisa jadi model alternatif untuk kalian kenakan dan enggak bikin ketinggalan zaman.