Jalan Panjang Transformasi Nintendo
Mengusung nama 'Nintendo Koppai', si pendiri Nintendo Fusajiro Yamauchi memulai bisnisnya di Kota Kyoto, Jepang pada 23 September 1889, tepat hari ini 130 tahun lalu.
Produk pertama mereka adalah kartu bergambar, Hanafuda. Hanafuda merupakan sebuah permainan kartu yang bisa dimainkan dengan beberapa jenis permainan. Kurang lebih seperti permainan kartu yang terdiri dari 52 lembar kartu, misalnya remi.
Kartu itu dihias dengan pemandangan alam dan simbol-simbol tentang kehidupan tradisional Jepang. Ini menyesuaikan namanya, Hanafuda yang berarti kartu bunga.
Kartu Nintendo itu menjadi populer di seluruh Jepang. Namun pada akhirnya, gambar-gambar berwarna cerah itu terasosiasi dengan perjudian dan gangster yang dikenal dengan istilah Yakuza.
Seiring menguatnya citra permainan Hanafuda dengan dunia kriminal itu, orang-orang Jepang pun mulai meninggalkannya. Kejayaan hanafuda hanya bertahan sampai tahun 1960-an.
Masa-masa sulit Nintendo, dipikul oleh generasi penerus Yamauchi, yakni cucunya, Hiroshi Yamauchi. Di awal kepemimpinannya, Hiroshi masih bisa menyelamatkan bisnis kartunya dengan menjadi perusahaan pertama yang memproduksi kartu yang terbuat dari plastik. Inisiatif ini terbukti bisa membuat Nintendo mendominasi industri tersebut.
Namun Hiroshi tidak puas diri. Saat sedang berkunjung ke Amerika Serikat pada 1956, ia mulai memikirkan kembali kelangsungan bisnisnya. Ia bertemu dengan produsen kartu terbesar di AS. Setelah berkunjung ke kantor pengusaha AS itu, ia tertegun dan merasa bahwa bisnis yang selama ini ia tekuni ternyata sangat terbatas.
Akhirnya inovasi datang dari Disney. Nintendo membuat kesepakatan dengan Disney di mana mereka mencetak kartu dengan karakter Disney. Hal ini memungkinkan bisnisnya menjamah pasar baru. Dari situlah pasar Nintendo meluas tak hanya terbatas dari sektor perjudian.
Kerja sama Nintendo dengan Disney menciptakan pasar yang jauh lebih muda. Bukan hanya gambar kartu yang bertema baru, Nintendo juga membuat buku panduan khusus untuk menjelaskan cara permainan baru yang dapat dimainkan dengan kartu-kartu tersebut.
Paket jualannya itu sukses di pasaran dengan lebih dari 600.000 paket terjual pada tahun pertama. Keberhasilan itu membuat perusahaan untuk go public pada 1962.
Modal segar yang baru mereka dapatkan dari hasil penjualan saham, akhirnya membuat lini bisnis Nintendo menggurita. Mereka melebarkan sayapnya pada bisnis: perusahaan taksi, perhotelan, makanan, perabotan, dan pembuatan mainan. Sayangnya, hampir semua sektor yang mulai mereka geluti gagal, kecuali yang terakhir.
Usaha aji mumpung yang berusaha mereka kejar tidak menghasilkan untung. Pada saat itu bisnis nintendo mencapai titik jenuh. Orang Jepang mulai berhenti membeli produknya, dan saham Nintendo turun dari 900 yen menjadi 60 yen.
Namun perusahaan masih bisa terselamatkan. Pada tahun 1965, hadir seorang insinyur bernama Gunpei Yokoi yang segera mempertaruhkan keberuntungan Nintendo. Ia adalah seorang insinyur perakitan alat.
Mereka akhirnya bertahan dan fokus menggarap industri mainan. Pada tahun 1970, Hiroshi melihat Gunpei sedang bermain dengan lengan hasil eksperimennya. Hiroshi melihat ada peluang di sana. Dengan modal yang tersisa, ia akhirnya meminta Gunpei mengembangkan lengannya untuk diproduksi masal yang kemudian dirilis pada saat Natal.
Usahanya membuahkan hasil. Produk berupa lengan yang diberi nama Ultra Hand itu terjual lebih dari satu juta unit. Sebuah keberhasilan perusahaan yang sekaligus mengangkat Gunpei sebagai pengembang produk Nintendo.
Gunpei seperti sebuah dewa keberuntungan yang dimiliki Nintendo. Selain Ultra Hand, ia juga sukses mendobrak pasar dengan produk mainan elektroniknya, termasuk Love Tester.
Hal ini penting, karena Nintendo menjadi satu-satunya perusahaan yang mengembangkan mainan seperti itu pada masanya. Dengan demikian, mereka bisa menaruh harga tinggi dan mendapatkan margin yang lebih tebal.
Pada waktu 1970-an, mereka mulai tertarik dengan popularitas video game. Waktu itu mereka belum mampu untuk memproduksi konsol video game.
Akhirnya untuk mengamankan tren baru bisnis tersebut, mereka mendistribusikan secara resmi konsol video game rumahan komersial pertama di dunia, Magnavox Odyssey.
Sukses menjual produk itu, akhirnya Nintendo pun memproduksi game pertama mereka pada 1975. Mereka membuat produk game bernama EVR Race. Dari situ muncul permainan yang pada masanya cukup dikenal di Jepang yakni Donkey Kong.
Mulai membuat gim konsol
Perusahaan mulai bereksperimen dengan video game genggam seperti Game & Watch; yakni pendahulu Game Boy. Setelah bosan menciptakan port untuk sistem lain, Nintendo akhirnya mulai mengembangkan konsol pada 1983. Hasilnya adalah Famicom (Family Computer) yang dirilis secara eksklusif di Jepang.
Awalnya, Famicom cukup berhasil dan terjual sekitar setengah juta dalam dua bulan. Sayang, di tengah jalan perusahaan mendapat keluhan soal pembekuan sistem yang akar masalahnya ada pada chipnya. Hal itu membuat perusahaan menarik produk Famicom.
Untuk memperbaiki kesalahan Famicom, mereka menggandeng perusahaan manufaktur komputer Atari sebagai mitranya. Namun lagi-lagi bencana melanda Nintendo, yakni dengan datangnya fenomena kejenuhan pasar atau yang pada waktu itu disebut dengan Game Crash tahun 1983.
Karena merasa sudah tidak asing lagi dengan masalah, akhirnya Nintendo tetap tancap gas dengan merilis Famicom terbaru di seluruh dunia pada 1985. Mereka melakukan beberapa perubahan termasuk memperbaiki masalah perangkat keras atau chipnya. Desain konsolnya juga kemudian diubah namanya menjadi Nintendo Entertainment System (NES).
Dari situlah salah satu tonggak penting Nintendo terbangun yakni dengan dirilisnya Super Mario Bros. Selama tiga dekade berikutnya, Nintendo merilis banyak konsol rumahan dan mobile atau genggam. Termasuk yang paling terbaru adalah Nintendo Switch.
Nintendo konsisten menjadi perusahaan di industri permainan hingga detik ini. Dan kunci dari mereka tetap eksis sampai sekarang adalah mereka terus melakukan inovasi dan bertransformasi. Mereka sadar bahwa yang abadi adalah perubahan itu sendiri.