Hoaks Rasialisme di Wamena Renggut 26 Korban Jiwa
Kepala Kepolisian RI (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian merinci, ada 22 perantau dan 4 pribumi asli Papua yang tewas akibat diserang perusuh yang diduga didalangi kelompok separatis.
"Ada sebanyak 26 orang meninggal dunia, terdiri atas 22 warga pendatang dan empat warga asli Papua. Mereka meninggal akibat terutama luka bacok dan terbakar dalam rumah atau rukonya yang terbakar," kata Tito, saat konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, kemarin.
Mayoritas korban luka-luka, kata Tito, adalah perantau yang mencari nafkah di Bumi Cenderawasih. "Ada yang berprofesi tukang ojek, bekerja di restoran, dan sebagainya," sambung mantan Kapolda Metro Jaya ini.
Dari korban jiwa sebanyak itu, masih ada tiga korban yang belum teridentifikasi. Kerusuhan kali ini dipicu isu hoaks rasisme di sebuah sekolah menengah atas antara guru dan murid. Saat ini, aparat kepolisian masih memburu penyebar isu rasis yang memicu kerusuhan tersebut.
"Ada isu, seorang guru di SMA PGRI yang sedang mengajar menyampaikan kepada muridnya kalau berbicara keras," kata Tito.
Namun, kata dia, kata "keras" itu kemudian terdengar seolah-olah "kera" akibat pelafalan huruf S yang tidak jelas atau tidak terdengar jelas. Isu tersebut, kata Tito, kemudian disebarkan dan disampaikan seolah-olah pernyataan bernada rasialis dari seorang guru yang tidak pantas dan melukai hati.
"Terdengarnya adalah kera, menurut isu ini, sehingga muncul lagi, disampaikan kepada temannya, saya dikatain, mohon maaf, monyet. Padahal, yang dimaksud jangan berbicara keras," ucapnya.
Penyebar itu diketahui adalah kelompok underbow dari Komite Nasional Papua Barat (KNPB). "Kami yakin yang mengembangkan kelompok underbow KNPB yang menggunakan seragam SMA menyampaikan dan menyebarkan isu. Kami cari sekarang orangnya," kata Tito.
Sementara itu, jenazah satu keluarga asal Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), yang menjadi korban tewas diterbangkan ke kampung halamannya kemarin. Satu keluarga tersebut terdiri atas ayah, ibu, dan dua anak mereka. Identitas satu keluarga yang tewas itu adalah Rustam (34), Irma (33), Erwin (18), dan Ilmi (2). Jenazah lainnya yang juga dipulangkan ke Makassar atas nama Hairil dan Yusuf.
"Hari ini, pukul 10.23 WIT, telah dilakukan evakuasi korban luka-luka, korban meninggal dunia, dan warga masyarakat ke Jayapura dengan menggunakan pesawat CN 295 P-4501 milik Polri," kata Kabid Humas Polda Papua Kombes AM Kamal dalam siaran persnya, Selasa (24/9).
Sedangkan 10 orang korban tewas diketahui berasal dari Pesisir Selatan, Sumatera Barat. "Empat orang berasal dari Nagari Lakitan Utara yang bernama Hendra Eka Putra (22), Safrianto (36), Jafriantoni (24), dan Riski (3,5)," kata Camat Lengayang, Zoni Eldo di Painan, seperti dikutip dari Antara, Rabu (25/9).
"Selain itu Nofriani (40), Ibnu Rizal (8), Nurdin Yakub (28) asal Nagari Taluk, dan Muhamad Iswan (23) asal Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie," kata Camat Batang Kapas, Wendra Rovikto.
Sementara Camat Sutera, Fachruddin menyebutkan satu warganya juga meninggal dunia pada insiden tersebut bernama Nurdi (28), asal Kampung Langgai.
Pemerintah mengecam terjadinya kericuhan di Wamena, Papua. Padahal, beberapa hari ini situasi dan kondisi di Papua sudah berangsung kondusif. "Beberapa hari lalu, kami sudah agak lega, bersyukur dengan kondisi Papua yang berangsur membaik setelah panas akibat kesalahpahaman dari oknum tertentu," kata Menko Polhukam Wiranto.
Kericuhan di Wamena, kata dia, tidak terjadi serta-merta, tetapi erat kaitannya dengan provokasi yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu untuk menunjukkan eksistensinya. "Hanya sayang, gerakannya merugikan masyarakat sendiri, gerakannya anarkis, melanggar hukum. Kita betul-betul sayangkan," ucap Wiranto.