Enggak Usah Semua Ikut Campur
"Saya sebagai ketua dewan pembina tentunya pertama menyesal. Kedua prihatin. Ketiga ikut menyelesaikan masalah ini bagaimana," kata Wiranto usai menghadiri Rapat Kerja (Raker) Paguyuban Jawa Tengah (PJT) di Museum Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Minggu (21/1/2018).
Setelah hampir sepekan berseteru, Ketua Umum Hanura Oesman Sapta Odang dan Sekjen Hanura Sarifuddin Sudding masih saling klaim kekuasaan. Oesman bersikukuh sebagai Ketua Umum Hanura yang sah karena memegang Surat Keputusan (SK) dari Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).
Sedangkan kubu Sudding, lewat Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Hanura telah mengangkat Marsekal Madya TNI (Purn) Daryatmo sebagai ketua umum definitif. Meski begitu, perbedaan pendapat dalam satu organisasi adalah sebuah hal yang wajar, kata Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan itu.
"Ingat, bahwa sekarang ini yang sedang berkonflik yang sedang tidak bersepakat adalah ketua umum dengan beberapa pengurus pusat dan daerah. Ini masalah internal," ujar Wiranto.
Menurut Wiranto yang juga mantan ketua umum Partai Hanura itu, setiap anggota partai tanpa terkecuali punya hak menentukan sikap, dan menyampaikan ke publik mengenai dinamika yang sedang berlangsung. Seperti saat perseteruan itu memanas, kedua kubu bersama DPC dan DPD saling unjuk aksi.
Ia meminta supaya publik tidak ikut campur terlalu dalam. Semuanya sudah ada koridor hukum yang bisa menyelesaikan konflik Hanura tanpa perlu meributkan ke khalayak umum.
Wiranto yakin, segalanya bisa diselesaikan dengan hati nurani. Bisa diselesaikan dengan baik-baik, tanpa perlu ribut-ribut. Ada koridor hukum AD/ART yang bisa menampung kehendak kedua kubu yang berseteru.
"Kita selesaikan dengan kearifan kita dengan hati nurani ya, kan bisa selesai dengan baik. Enggak usah diributkan, enggak usah semua ikut campur termasuk anda sekalian ya. Enggak usah kemudian bikin rame ya begitu," pintanya.