Melihat Dampak Gas Air Mata Bagi Kesehatan

Jakarta, era.id - Sejak beberapa hari terakhir gelombang aksi demonstrasi yang menolak sejumlah RUU berakhir dengan kerusuhan. Aparat kepolisian tak jarang menggunakan mobil water cannon dan gas air mata untuk membubarkan paksa massa aksi.

Mobil water cannon memiliki kemampuan untuk menyemburkan air berkekuatan tinggi dengan jarak semburan 50 meter. Jika terkena semburan water cannon dalam jarak dekat, efeknya objek bahkan bisa terpental jauh.

Lain lagi dengan gas air mata. Asap putih yang ditembakkan aparat saat membubarkan aksi unjuk rasa ini bisa membuat mata kita pedih. Bahkan tidak bisa membuka mata selama beberapa saat jika kita terpapar gas air mata dalam jumlah banyak.

Lantas apa itu gas air mata? Apa dampak yang ditimbulkan dari gas air mata? 

Baca Juga: Dua Mahasiswa Tewas, DPR Minta Wiranto Dicopot

Gas air mata adalah gas kimia yang digunakan untuk membubarkan aksi demonstrasi. Gas air mata terdiri dari berbagai senyawa seperti chlorobenzylidenemalononitrile, chloroacetophenone, bromoacetone, phenacyl bromide, dan lainnya. Zat-zat inilah yang membuat mata terasa terasa pedih dan panas.

Gas air mata baru akan dirasakan jika kamu menghirupnya. Meski dapat menyebabkan iritasi pada mata dan gangguan pernapasan, ternyata gas air mata hanya memiliki dampak jangka pendek karena hanya digunakan untuk aksi demonstrasi.

"Hanya untuk jangka pendek, karena tujuannya hanya untuk membubarkan demonstran saja," ujar Dokter spesialis mata dari Klinik Mata Nusantara Dr Rini Hersetyati SpM di Jakarta, seperti dikutip Antara, Jumat (27/9/2019).

Untuk membantu menghilangkan efeknya, Rini menyarankan untuk mencuci mata dengan air bersih. Meski efeknya sebentar, pengunjuk rasa yang terkena gas air terus-menurus akan mengalami iritasi pada mata.

"Dicuci saja matanya, kalau terkena gas air mata," ucap Rini.

Berbicara gas air mata, beberapa waktu lalu massa aksi menemukan selongsong tabung kecil yang diduga bekas gas air mata. Tapi, dalam tabung itu tertulis tanggal penggunaan yang sudah kedaluwarsa. Hal ini kemudian viral dan menimbulkan pertanyaan publik. Bahayakah penggunaan gas air mata kedaluwarsa?

Baca Juga: Korban Meninggal saat Aksi Demonstrasi di Kendari Jadi Dua Orang

Kekhawatiran publik kemudian dijawab oleh kepolisian yang menyatakan bahwa gas air mata yang kedaluwarsa kurang efektif dan tidak berbahaya.

"Selongsong itu, ya, masih bisa digunakan tapi tidak akan bekerja secara maksimal. Justru tak ada bahayanya," kata kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol. Dedi Prasetyo di Jakarta, kemarin.

Selongsong gas air mata seharusnya dapat meledak lebih keras, namun jika sudah kedauwarsa justru ledakannya akan lebih kecil. Ini dianalogikan dengan sebuah peluru. Apabila ditembakkan seharusnya dapat mencapai 100 meter, namun saat kondisi kedaluwarsa peluru hanya dapat mencapai jarak 50 meter.

Hingga Kamis petang, sisa-sisa gas air mata masih terasa di perempatan Pejompongan dekat dengan Pos Polisi sehingga membuat mata perih serta sesak napas.

Sepanjang perempatan hingga dekat Stasiun Palmerah tampak masyarakat yang tengah berjalan dan menunggu angkutan memakai masker. Tak sedikit dari mereka mencuci muka dengan air untuk menghilangkan rasa perih.

Selain menyisakan udara yang membuat perih mata dan kerongkongan, situasi di jalan sekitar Pejompongan masih terlihat sisa-sisa pembakaran.

Tag: demo aksi mahasiswa 23-24