Jangar Bercerita tentang Ganja, Ritual Hindu, dan Ibu Pertiwi Lewat “Jelang Malam”
Jakarta, era.id - Unit heavy rock asal Denpasar, Bali, Jangar akhirnya merilis album perdana mereka: “Jelang Malam”. Membawa berbagai materi berbahaya, Jangar berhasil menegaskan warna mereka: heavy rock berbalut unsur stoner rock dan hard rock. Sangat intens. Kece!
Dalam “Jelang Malam”, Jangar turut membawa sejumlah materi yang telah kita kenal sebelumnya. Negeri Nego, Kami Tahu, hingga Konstan dan MSG, nomor-nomor yang sebelumnya mereka lempar dalam bentuk tunggal.
Di album ini Jangar turut membawakan materi kolaborasi bersama pentolan skena heavy metal lokal, Doddy Hamson (Komunal). Nomor istimewa itu diberi judul Haerath.
Drumer band, Pasek menjelaskan tentang Haerath. Menurutnya, Haerath bercerita tentang malam pemujaan Dewa Siwa. Prosesi itu dilakukan umat Hindu sebagai ajang penebusan dosa pada Maha Sivhaerathri (Haerath).
Dalam lirik Haerath, Jangar menulis kisah malam pemujaan Dewa Siwa yang biasa dilakukan di Kathmandu, Nepal. Di sana, pemujaan biasa dilakukan di sebuah kuil yang disebut Pasupatinath.
Pada prosesi itu, para sadhu --sebutan bagi orang suci-- diperbolehkan mengisap ganja sebagai bentuk pemujaan mereka kepada Dewa Siwa. Menurut kitab suci, ganja atau yang biasa disebut dengan tanaman Bhang adalah tanaman favorit Dewa Siwa.
“Pada saat pemujaan, sadhu akan melumuri tubuh mereka dengan abu, lalu menyalakan pipa yang telah diisi dengan daun Ganja. Disebutkan ritual ini dilaksanakan untuk menghalau kesenangan duniawi dan melebur bersama alam semesta,” ungkap Pasek dikutip dari Pop Hari Ini, Rabu (2/10/2019).