Cerita Mantan Sespri Wiranto soal Pengamanan
"Bapak Menko (Wiranto) memang tidak terlalu 'happy' dengan protokoler apalagi pengawalan. Ketika diumumkan menggantikan Pak Luhut sebagai Menko Polhukam, beliau menolak pengawalan oleh walpri (pengawal pribadi) dan walsus (pengawalan khusus)," kata Yuwono seperti dikutip era.id dari Facebooknya, Jumat (11/10/2019).
"Bapak hanya mempercayakan pengawalan kegiatan dan acara ke protokol saja," tambah dia.
Sebagai sespri, dia sering dilarang jika membatasi interaksi Wiranto dengan warga, termasuk ketika bertegur sapa dan bersalaman. Tak jarang, protokoler yang melekat pada Wiranto mencari cara agar pengamanan tetap bisa dilakukan walaupun dengan cara yang tidak berlebihan.
Semua dilakukan supaya pengamanan melekat tidak terlihat mencolok di tengah masyarakat kala Wiranto melakukan kunjungan kerja dan berinteraksi dengan warga.
"Sebab jika terlalu mencolok dan masyarakat kecewa pasti kami nanti 'didukani' (dimarahi) bapak," ujar dia.
Bahkan, kata Yuwono, protokoler Kemenkopolhukam sempat melakukan kucing-kucingan dengan Wiranto untuk menambah petugas pengamanan. Kondisi ini biasanya dilakukan kalau acara yang diikuti Wiranto padat dan punya potensi bahaya.
"Jika beliau tahu ada tambahan petugas, pasti kami akan ditegur," jelasnya.
Sebelumnya, Menko Polhukam Wiranto diserang oleh orang tak dikenal. Dia mengalami dua luka tusukan pada bagian perutnya dan sedang menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto.
Belakangan, pelaku penusukan itu diketahui bernama Syahril Alamsyah (31) alias Abu Rara. Selain Wiranto, ada tiga orang lainnya juga jadi korban. Mereka Kapolsek Menes Kompol Dariyanto, ajudan Wiranto bernama Fuad, dan seorang warga sekitar.
Penyerangan itu terjadi saat Wiranto tengah berkunjung ke wilayah Menes, Pandeglang, Banten, guna memenuhi undangan dalam rangka memberikan kuliah umum dihadapan kurang lebih 1.000 mahasiswa, pada Kamis (10/10).
Syahril memanfaatkan momen itu untuk menyerang Wiranto dengan menggunakan kunai yang sebelumnya disebut polisi sebagai gunting. Dari pemeriksaan polisi, Syahril alias Abu Rara memiliki kaitan dengan jaringan teroris Jamaah Anshorut Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan ISIS.