Menjadi Bangsa Mubazir di Tengah Dunia yang Kelaparan

Your browser doesn’t support HTML5 audio
Sampah makanan. Sekilas terdengar sepele. Namun, sejatinya begitu banyak persoalan di balik ini. Setiap tahunnya, ada 1,3 triliun ton makanan layak konsumsi yang terbuang. Padahal, angka kelaparan di dunia ataupun di Indonesia tak pernah benar-benar terselesaikan. Ironi. Ini dia, artikel berseri khas era.id, SULAM: Ironi Sampah Makanan.

Jakarta, era.id - Tiga orang meninggal dunia akibat kelaparan di Pegunungan Morkelle, Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Seram, Provinsi Maluku. Dua di antara tiga korban adalah balita. 170 orang lain dari komunitas adat terpencil Mause Ane itu dilanda kelaparan akibat gagal panen. Mereka bahkan terpaksa makan daun untuk bertahan dari bencana kelaparan.

Kasus kelaparan itu sempat mencuat di tahun 2018. Kelaparan diakibatkan oleh serangan hama tikus dan babi di kebun jagung dan ladang padi warga. Gagal panen berujung bencana. Warga komunitas adat Mause Ane yang tinggal di wilayah terisolasi tak dapat berbuat banyak. Pemerintah yang belakangan sadar akhirnya mengirimkan bantuan.

"Mereka bertahan hidup dengan makan daun, rotan dan pohon nibong," kata seorang tokoh setempat, Pendeta Hein Tualena yang diwawancara BBC News Indonesia kala itu.

Bantuan yang dikirimkan sejatinya tak pernah bisa menghapus catatan hitam soal kelaparan di Indonesia. Di tahun yang sama ketika bencana kelaparan melanda komunitas adat Mause Ane, Global Hunger Index (GHI) merilis data yang menunjukkan tak ada perbaikan terkait angka kelaparan di Indonesia dalam tiga tahun belakangan.

Tahun 2016, Indonesia mencatatkan indeks kelaparan 21,9. Di 2018, indeks kelaparan Indonesia tercatat di angka yang sama. Dengan angka tersebut, Indonesia hanya lebih baik dari Laos dan Myanmar --di antara seluruh negara ASEAN-- soal pengentasan kelaparan. Artinya, tingkat kelaparan Indonesia tergolong serius.

Indeks kelaparan GHI mengklasifikasikan tingkat kelaparan serius bagi negara yang mencatatkan skor indeks antara 20-34,4. Selebihnya, skor 35-49,9 diklasifikasikan sebagai negara dengan tingkat kelaparan mengkhawatirkan. Secara rata-rata, indeks kelaparan terparah masih menaungi negara-negara Afrika.

Sementara itu, data Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2018 mencatat lebih dari 821 juta orang menderita kelaparan di dunia. Angka tersebut tercatat terus meningkat dalam tiga tahun belakangan.

Ilustrasi (Pixabay)

Sampah makanan

Ironi terkait kelaparan makin nyata ketika mengintip data soal sampah makanan. Di tengah angka kelaparan yang menyedihkan, nyatanya banyak manusia di dunia yang lebih senang membuang makanan mereka.

Terbukti, data Organisasi Makanan dan Pertanian PBB (FAO) mencatat, setiap tahun, ada 1,3 triliun ton sampah makanan alias food waste yang sia-sia di seluruh dunia.

Dalam definisi FAO, food waste adalah makanan berlebih layak makan yang tak dikonsumsi dan dibiarkan hingga basi. Makanan tersebut kemudian jadi sampah.

Indonesia sendiri tercatat sebagai negara penghasil sampah makanan terbesar setelah Arab Saudi. Tercatat, 13 juta ton sampah makanan terbuang dan jadi sampah.

Pemerintah Indonesia pun kebingungan. Menteri Kesehatan Nila F Moeloek pernah berkomentar soal ini. Menurutnya, pemerintah tak dapat bekerja sendiri mengurangi jumlah sampah makanan di negeri ini.

Nila bilang, masyarakat harus sadar untuk menghentikan kebiasaan mubazir ini. "Tidak hanya dari pemerintah saja. tapi perlu juga dari perubahan perilaku makan," ujar Nila saat itu.

Tag: food waste