Cerita Keluarga dan Mulusnya Idham Aziz Jadi Kapolri
Wakil Ketua Komisi III Desmond J Mahesa sampai lebih dahulu daripada rombongan ini. Politikus Gerindra itu datang sekitar pukul 09.15 WIB. Desmond tak buru-buru masuk ke rumahnya. Dia menunggu rombongan yang lain. Sementara, dari dalam rumah Idham beserta istrinya, Fitri Handari menunggu di dalam rumah.
Idham mengenakan batik lengan panjang berwarna kuning, sedangkan sang istri menggunakan batik dengan dominasi warna biru. Idham beberapa kali tampak berbicara dengan Kadiv Humas Polri Irjen Muhammad Iqbal sebelum menerima rombongan tamunya ini.
Saat rombongan tamunya mulai berdatangan, Idham menyambut mereka di gerbang rumah. Sesekali tampang gugupnya tampak Sementara, istrinya terus merangkul tangan Idham. Dia juga digoda fotografer untuk tersenyum agar makin bagus ketika difoto.
Rombongan pimpinan Komisi III tiba dan disambut Idham pukul 09.25 WIB di depan gerbang rumahnya. Ketua Komisi III Herman Hery mengawali rombongan untuk berjabat tangan dengan Idham Aziz dan istri. Satu persatu rombongan komisi III disambut Idham dengan berjabat tangan dan saling bercium pipi. Kali ini, raut muka Idham mulai tak lagi mengguratkan kegugupan. Senyumnya lepas, dan sesekali tertawa kala menyambut para tamunya.
Idham Aziz beserta istrinya menyambut rombongan Komisi III DPR (Mery/era.id)
Semua rombongan memasuki ke kediaman Idham sekitar pukul 09.30 WIB. Pertemuan antara Komisi III dengan Idham Aziz berlangsung terbuka. Namun, awak media tidak diperkenankan untuk masuk ke dalam dan hanya dapat menyaksikan dari layar proyektor yang disiapkan di luar rumah.
Tanya jawab di mulai dari anggota fraksi PDIP Trimedya Pandjaitan, dilanjutkan secara berturut-turut Adies Kadir (Golkar), Habiburokhman (Gerindra), Taufik Basari (NasDem), Cucun Ahmad Syamsulrizal (PKB), Mulyadi (Demokrat), Habib Abu Bakar Alhabsyi (PKS), Syarifuddin Suding (PAN), dan Arsul Sani (PPP).
Dalam sesi tanya jawab ini yang dominan menjawab adalah istri Idham Aziz. Karena yang ditanyakan seputar kesiapan sang istri mendampingi Idham sebagai orang nomor satu di institusi Polri. Sesekali anak-anak Idham juga membantu menjawab pertanyaan yang dilontarkan Komisi III.
Usai mendengar jawaban dari keluarga Idham, Ketua Komisi III Herman Hery merasa puas. Selama dirinya mengikuti fit and proper test calon Kapolri, baru kali ini dia menemukan calon Kapolri yang membuat pernyataan pakta integritas pribadi, tentang keluarga dan prinsip-prinsip hubungan pribadi dengan anggota.
"Kalau melihat rekam jejak, mendengar dari semua cerita tadi saya kira fit and proper test nanti siang hanya formalitas. Karena makna yang sebenarnya seorang Kapolri adalah integritas pribadi," ujar Herman di lokasi.
"Kalau soal penugasan itu sudah ada rumusan baku tinggal jalan saja kok. Integritas pribadi dan keluarga itu yang luar biasa. Itu yang menentukan seorang Kapolri amanah atau tidak," katanya.
Keyakinan Herman ini datang ketika dia bertanya pada Fitri tentang strateginya dalam menghadapi anggota Polri yang ingin mencari simpati Kapolri lewat dirinya.
"Saya sudah bermitra dengan Polisi 15 tahun atau sudah lima Kapolri yang sudah saya fit and proper test. Saya tahu betul kehidupan yang resmi dan tidak resmi oleh seorang Kapolri tergantung karakter. Tapi yang pasti, keluarganya akan dirubungi," ujar Herman.
"Saya tahu dikalangan istri-istri polisi itu gosip dan isu lebih cepat dari WA, pertanyaan saya, hal yang saya sampaikan itu pasti terjadi pada diri ibu, dirubungi, apa kiat ibu?" tanyanya Herman serius.
Mendengar pertanyaan Herman, Fitri menjawab tenang. Kata dia, ketika suaminya diamanahi jabatan Kapolri, dirinya tetap tidak akan berubah. Ia juga menyatakan tidak akan pernah ikut campur soal masalah kedinasan sang suami.
"Selama ini sejak suami saya berdinas, saya tidak pernah ikut campur urusan dinas. Silakan dan memang saya tidak juga terlibat dan tidak punya kepentingan di situ untuk membantu ini, itu, tidak ada. Kita tidak berubah, tidak ikut campur dan tidak akan mempengaruhi bapak dan bapak pasti mempunyai SOP sendiri untuk mengatur," kata Fitri dengan yakin.
Idham kemudian meminta izin untuk menambahkan jawaban sang istri. Dengan posisi tegak dan suara lantang, Idham berkata, dia sudah memberi bagian kepada istrinya untuk boleh mengambil peran dan tidak.
"Kamu itu harusnya tiga UR aja. Dapur, sumur sama kasur. Saya bilang gitu. Yang pertama itu. Kedua samping kiri belakang satu langkah. itu filosofinya. Kalau kamu melebihi seperti yang tadi dibilang bapak itu, kita bintang 4 atau bintang 5 lama-lama kamu menjadi bintang 7. Obat sakit kepala. Kau belakang," ucap Idham diakhiri tawa kecil.
Rumah dinas Kabareskrim Komjen Idham Aziz (Mery/era.id)
Idham menambahkan, dirinya juga tak akan 'bermain belakang' dengan anggotanya secara non formal. "Saya putus betul mata rantai. Bahkan kalau ada keluarga saya di manapun itu, kau tangkap. Benar itu kalau ada keluarga. Boleh tanya bapak Sudding di Palu di mana. Tidak ada. Saya betul-betul tegas untuk itu," katanya sambil mempersilakan Komisi III mencari rekam jejaknya selama bertugas sebagai Kabareskrim.
"Saya tidak akan begitu. Percaya lah pak, kalau untuk urusan-urusan begini. Saya tegak lurus. Mohon maaf, anak saya ini pernah dia ditilang, ditangkap, proses saya bilang. Saya hanya ingin menunjukkan kau bukan anak siapa, tapi kau harus taat aturan main. Ini hanya bagian pernak-pernik saya punya keluarga pak dan saya yakini kan tidak ada. Tidak boleh. Saya haramkan untuk urusan itu pak," jawab Idham dengan suara lantang dan pandangan lurus ke depan.
Dia juga menegaskan, ketika jadi Kapolri dengan waktu tugas hanya 14 bulan, dia tak akan menerima anggota di rumah dinas Kapolri. Ini sekaligus untuk mengurangi dugaan yang tidak diinginkan.
"Saya tidak akan pernah terima anggota di Patimura (rumah dinas Kapolri) itu. Kalau ada urusan di kantor saja. Kalau ada urusan, WA aja, sama saja. Karena yang menghadap itu cuma tiga, minta jabatan, mempertahankan jabatan, atau minta sekolah. Yang jelas jelas saja kita bikin Insyaallah," ucapnya.