Saling Sindir Anggota Dewan di Depan Jaksa Agung Baru

Jakarta, era.id - Saling serang antara anggota fraksi Demokrat dengan fraksi NasDem terjadi di sela-sela rapat kerja perdana komisi III bersama Jaksa Agung. Di dalam rapat, kedua partai tersebut saling sindir soal netralitas Jaksa Agung periode sebelumya.

Awalnya, setelah Jaksa Agung ST Burhanuddin memaparkan materi, sesi tanya jawab dimulai. Saat itu, anggota komisi III fraksi Demokrat Benny Kabur Harman bertanya mengenai kebenaran informasi terkait hubungan keluarga antara anggota Komisi I TB Hasanuddin dengannya.

"Tetapi ada pertanyaan yang terlintas di situ. Ada semacam kebanggaan dan ada juga ketakutan. Dulu jaksa agung kita jelas jelas Partai Politik, dan jadikan kejaksaan ini alat politik," ucap Benny dalam rapat, di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (7/11/2019).

Kemudian, Benny meminta kepada Burhanuddin untuk menjaga netralitasnya terlepas dari latar belakang keluarganya. Ia mengingatkan, agar institusi adhyaksa ini tidak lagi dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok tertentu. "Saya mohon bapak Jaksa Agung, catat ini, tolong jaga netralitas, jaga profesionalitas. dan jagalah keadilan," katanya.

Mantan Ketua Komisi III ini menegaskan tidak menyebut nama siapapun. Sehingga, orang yang dimaksud dia hanya diketahui dirinya sendiri.

"Saya ndak menyebut siapa-siapa loh, kecuali ada yang menganggap jelas, ya dia sendiri yang menganggap itu. Saya tahu, saya tidak mengungkapkan itu, tetapi ada yang merasa jelas ya silakan. Mohon Pak Jaksa Agung menjaga itu," lanjutnya.

Pernyataan Benny ini menggelitik anggota fraksi NasDem Taufik Basari untuk melakukan interupsi.

"Interupsi pimpinan. Saya hanya ingin memberikan catatan saja agar jangan tendensius, ketika kita menyampaikan sesuatu hal yang menuduh di antara kita di sini terkait dengan partai politik misalnya," kata Taufik.

Baca Juga: Dalih Usang Jaksa Agung Soal Penyelesaian Kasus HAM Masa Lalu

Taufik merasa, pernyataan Benny ini sudah menyudutkan partainya. Menurut dia, jika ada masalah saat masa kepemimpinan Jaksa Agung periode sebelumnya, kenapa tidak diselesaikan pada saat itu.

"Kemarin kita selama sepanjang periode Jaksa Agung kemarin kan terbuka seluas-luasnya jika ingin mempertanyakan, jika ada masalah, jika ada sesuatu hal. Ya itu kan bisa ditanyakan saat dulu, kalau kemarin tidak ada persoalan, kenapa kemudian dipertanyakan sekarang. Itu saja pimpinan," tutur Taufik.

Seperti diketahui, Jaksa Agung periode belumnya yakni HM Prasetyo berlatar belakang kader Partai NasDem. Namun, saat dilantik dirinya mengundurkan diri dan melepas embel-embel partai.

Pernyataan Taufik, disambut dengan interupsi Benny. Ia mengaku tidak menuduh partai politik manapun. Dalam rapat tersebut, Benny memang tidak menyebut partai apa yang terafiliasi dengan Jaksa Agung tersebut.

"Saya tidak menuduh siapapun partai politik itu, tetapi saya ingatkan dulu ada orang partai politik yang menjadi Jaksa Agung, dan menggunakan institusi ini alat politiknya. Siapa yang saya sebutkan itu bukan partai tertentu. Jadi, kalau ada yang tersinggung, lho, sebut siapa yang sebutkan itu. Sebab Jaksa Agung dulu ada dari PBB, ada dari Golkar, ada PPP," ucapnya.

Tak ingin membuat keduanya terus serang argumen. Selaku pimpinan Herman Hery mencoba menengahi keduanya untuk tidak lagi berseteru di dalam rapat tersebut.

"Cukup-cukup. Jika masih ada yang belum selesai, saya skors rapat ini selesaikan di ruang pimpinan," ucap Herman.

 

Tag: ketua dpr