Angklung’s Day: 6.000 Pelajar Kompak Mainkan Angklung
Pelibatan anak muda dalam Angklung’s Day diharapkan bisa signifikan melestarikan seni tradisi, khususnya seni angklung yang merupakan alat musik terbuat dari bambu.
Ribuan pelajar tersebut memainkan banyak lagu dengan aransemen angklung, antara lain medley lagu daerah se-Nusantara mulai dari Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, hingga Papua.
Angklung’s Day dibuka Pj Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Daud Achmad. Pak Sekda bilang, Angklung's Day dengan melibatkan para pelajar se-Jabar ini merupakan kegiatan positif untuk melestarikan angklung.
“Saya yakin mereka akan terpatri di hatinya bahwa angklung ini adalah betul-betul musik tradisional Indonesia khususnya musik tradisional yang berada di Jawa Barat,” kata Daud.
Daud yakin melalui momentum Angklung's Day, kelestarian alat musik angklung bisa lestari bahkan berkembang tidak hanya di Indonesia tapi juga dunia. Terlebih angklung mampu memainkan nada-nada musik internasional seperti lagu dari daerah negara Afrika Selatan, Mexico, Jepang, Australia dan Brazil dan lain-lain.
Daud juga meminta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jabar berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jabar untuk lebih getol memperkenalkan angklung termasuk di tempat wisata.
“Saya yakin di unit-unit sekolah biasanya itu ada grup angklung, nah grup angklung ini harus kita rawat. Bagaimana cara merawatnya? Tampilkan mereka di hotel-hotel, khususnya di hotel-hotel yang biasa menampung wisatawan mancanegara,” kata Daud.
Ia pun bercerita ketika dirinya di masa SMP yang pernah menampilkan kesenian kepada publik. Pengalaman tampil ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi generasi muda. “Sampai saat ini pun saya apresiasi, saya menghormati angklung, dan ingin terus melestarikan,” tambahnya.
Event Angklung’s Day tersebut digelar oleh KABUMI (Keluarga Besar Bumi Siliwangi Universitas Pendidikan Indonesia dan sudah dihelat selama sembilan tahun sejak angklung ditetapkan sebagai warisan budaya dunia tak benda atau World Intangible Heritage oleh UNESCO pada 2010.