Di Balik Kebugaran Atlet Nasional, Ada Peran Aan Abdurrachman
Aan mengaku sudah melanglang buana ke luar negeri, mengikuti berbagai event olahraga, siaga mendampingi para atlet yang membutuhkan sentuhan tangannya.
"Saya sudah jadi tukang pijat sejak SEA Games 1997. Asian Games juga saya ikut," kata Aan di Jakarta, seperti dikutip Antara, Kamis (29/11/2019).
Sejak 1997 menekuni profesi masseur, Aan tak pernah absen di berbagai ajang olahraga multi-event seperti SEA Games dan Asian Games.Tidak hanya itu, ia juga menjadi masseur tetap di Pelatnas modern pentathalon, judo, dan karate.
Aan juga akan ikut bertolak ke pembukaan SEA Games 2019 di Filipina pada Sabtu 30 November mendatang. Pria asal Bandung, Jawa Barat, itu pun menjadi masseur tertua sekaligus yang telah mengabdi paling lama di antara yang lainnya.
Sebelum menjadi masseur, Aan bercerita bahwa ia merupakan seorang sopir seorang dokter khusus untuk Ketua KONI Pusat. Ia mengabdi di sana sejak 1993 hingga 1995. Kemudian, ia ditawarkan oleh dokter yang bernama Choim Sumadilaga untuk mempelajari ilmu pijat di Pusat Kesehatan Olahraga (PKO) Kemenpora.
"Iya jadi Dokter Choim nawarin saya buat belajar massage. Saya kan minat terus dokternya juga mau sekolahin saya," ujar dia.
Ia mengatakan bahwa untuk menjadi seorang masseur tidak bisa sembarang orang, karena profesi tersebut dibutuhkan ilmu yang mumpuni seperti ilmu anatomi tubuh.
Selama setahun, tepatnya pada 1995, Aan belajar soal ilmu memijat termasuk etika dan cara menghadapi atlet. "Saya belajar anatomi tubuh, terus etika dan menghadapi atlet itu harus gimana supaya hati mereka juga ikut enak gitu saat dipijat," tuturnya.
Selama menjadi masseur atlet nasional, Aan mengaku tak melulu memijat atlet yang mengalami cedera. Ia justru lebih banyak diminta memijat atlet saat sebelum dan sesudah pertandingan sebagai upaya relaksasi. Ia juga sudah banyak mendampingi atlet yang kini sudah pensiun.
"Sudah banyak atlet yang saya pijat. Ada Kresna Bayu (mantan atlet judo), Umar Syarif (mantan atlet karate). Dan mereka sekarang udah menjadi pelatih," ungkap pria 66 tahun itu.
Aan pun mengatakan bahwa dia menikmati pekerjaannya saat ini walaupun selama mengabdi, dia belum pernah mendapatkan penghargaan apa pun.
"Ya namanya juga masih bisa, ya saya lakukan saja. Banyak juga yang bilang 'wah Pak Aan hebat'," tutur dia. "Yang membuat saya bertahan juga karena kejujuran dan etika," katanya.