Calon Lawan Jokowi
Pengamat Politik Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menilai, nama-nama beken seperti ketua umum partai pun belum layak jual. Sebut saja nama Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
"Kondisi masyarakat dan politik saat ini yang muncul kan dua nama Jokowi dan Prabowo. Nah yang lain muncul nama misalkan Pak Zulkifli Hasan sebagai Ketum PAN, Muhaimin Iskandar Ketum PKB, dari partai lainnya juga muncul tapi belum layak jual," kata Ujang, kepada era.id, di Jakarta, Sabtu (27/1/2018).
Termasuk Partai Demokrat yang belum akan memunculkan sosok pada Pemilu 2019. Menurut Ujang, Demokrat baru siap memunculkan nama, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono, pada Pemilu 2024.
"Sesungguhnya tugas parpol untuk memunculkan nama-nama tokoh masyarakat yang kredibel yang berpotensi untuk menyaingi kedua tokoh tersebut," tuturnya.
Kubu Prabowo bisa munculkan calon lain
Guru Besar Ilmu Politik Unair, Kacung Marijan mengatakan calon yang bertarung pada Pemilu 2019 tetap dua orang, Jokowi dan Prabowo. Namun, Prabowo terancam karena elektabilitasnya cenderung tidak bertambah.
Bila demikian, kubu Prabowo harus segera mencari tokoh pengantinya. Yang paling dekat dengan Partai Gerindra adalah Gatot Nurmantyo dan Anies Baswedan. Dua nama ini, menurut Kacung bisa menggantikan Prabowo.
"Kalau misalnya tingkat elektabilitasnya Pak Prabowo itu tidak naik-naik, misalnya, ada tokoh lain bahwa Pak Gatot atau Anies atau siapapun itu yang lebih cepat naiknya bisa saja muncul alternatif nah itu skenario di kubu Pak Prabowo," ujar dia.
Pemilu 2019 diprediksi bakal memunculkan wajah-wajah lama. Selain karena syarat ambang batas presiden 20 persen suara nasional, polarisasi mulai kentara karena sejumlah partai sudah mendukung Jokowi jadi capres. Di antaranya, Nasdem, Golkar, Hanura dan PPP.
Selain itu, berdasarkan Data Survei Nasional Lingkaran Survei Indonesia pada Desember 2017, posisi calon presiden terkuat dipegang oleh Joko Widodo dengan 38,4 persen; kedua Prabowo Subianto dengan 24,6 persen; Gatot Nurmantyo dengan 7,5 persen; Anies Baswedan dengan 4,9 persen; Agus Harimurti Yudhoyono dengan 4,1 persen; dan 17,3 persen masih belum tahu atau belum memutuskan.