Iran Diduga Tak Sengaja Nembak Pesawat Ukraina
Presiden Amerika Serikat Donald Trump, sementara itu, menyatakan tidak percaya bahwa kecelakaan itu disebabkan masalah mekanis. Trump mengutip kajian mendalam dari data satelit, seorang pejabat intelijen Amerika mengatakan pemerintah telah menyimpulkan secara meyakinkan bahwa rudal-rudal antipesawat telah menyebabkan pesawat itu jatuh.
Sang pejabat mengatakan pesawat milik Ukraine International Airlines itu sebelumnya terdeteksi pada radar Iran. Data menunjukkan bahwa jet Boeing 737-800 itu sedang terbang di udara selama dua menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Teheran sebelum sensor panas dari sistem rudal darat-ke-udara terdeteksi.
Seluruh penumpang dan kru dalam pesawat tersebut tewas. Mayoritas korban adalah warga Iran, Ukraina dan Kanada.
Peringatan duka cita untuk para korban (LATimes)
Sementara itu, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau juga menduga pesawat Ukraina itu tertembak peluru kendali Iran.
Trudeau mengeluarkan pernyataan itu dengan mengutip data intelijen dari Kanada dan sumber-sumber lain.
Kejadian nahas yang dialami pesawat tersebut, yang membawa 63 warga negara Kanada, "kemungkinan tidak disengaja," kata Trudeau dalam konferensi pers di Ottawa seperti dikutip Reuters, Jumat (10/1/2020).
Trudeau mengatakan pemerintahnya tidak akan tinggal diam sampai mendapatkan kepastian, transparansi, pertanggungjawaban dan keadilan.
"Kami punya data intelijen dari berbagai sumber, termasuk dari sekutu-sekutu kami dan badan intelijen kami sendiri. Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa pesawat itu tertembak jatuh oleh sebuah rudal darat-ke-udara milik Iran," kata Trudeau.
Iran membantah bahwa pesawat Ukraina tersebut terkena rudal. "Seluruh laporan ini adalah perang psikologi terhadap Iran. Semua negara yang warganya berada di pesawat tersebut bisa mengirimkan perwakilannya dan kami mendesak Boeing untuk juga mengirim wakilnya bergabung dalam proses penyelidikan kotak hitam," kata juru bicara pemerintah, Ali Rabiei.