Inggris Bukan Lagi Negara Uni Eropa

Jakarta, era.id - Inggris Raya akhirnya bukan lagi bagian dari Uni Eropa. Keputusan keluar dari Uni Eropa menjadi titik balik setelah 47 tahun dalam kerja bersama pascaperang Dunia II, yang berupaya membangun negara-negara Eropa yang hancur untuk menjadi kekuatan global.

Dalam pergeseran geopolitik terbesarnya sejak kehilangan kekuasaan global, Inggris meninggalkan Uni Eropa pada Jumat kemarin pukul 23.00 GMT dalam langkah yang ditempuh oleh Perdana Menteri Boris Johnson sebagai awal dari era baru.

Ribuan pendukung Brexit berkumpul di depan gedung parlemen Inggris, dengan mengibarkan bendera, bersorak-sorak dan merayakan dalam suasana yang campur aduk antara nostalgia, patriotisme dan pembangkangan.

"Ini hari yang fantastis. Kami bebas, sejak pukul 11 malam, kami telah melakukannya, " kata warga London, Tony Williams (53), seperti dikutip dari Reuters, (1/2/2020).

Setelah tiga setengah tahun terombang-ambing sejak referendum 2016, akhirnya pemerintah Inggris mampu meyakinkan warganya mengenai dampak bila tak lagi masuk anggota kelompok negara-negara regional.

"Bagi banyak orang, ini adalah momen harapan yang mencengangkan, sebuah momen yang mereka pikir tidak akan pernah terjadi," kata Johnson, pemimpin aksi "Leave"..

"Tugas kami sebagai pemerintah - tugas saya - adalah menyatukan negara ini sekarang dan membawa kami maju," kata Johnson.

Para pemimpin paling berpengaruh Uni Eropa, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Perancis Emmanuel Macron, melihat Brexit sebagai momen yang menyedihkan yang merupakan titik balik bagi Eropa. Uni Eropa memperingatkan bahwa kepergian akan menjadi lebih buruk daripada tetap bertahan.

Tapi Presiden Amerika, Donald Trump telah lama mendukung Brexit. Sementara itu, menterinya Mike Pompeo menyebutkan warga Inggris ingin terbebas dari "tirani Brussels".

Tag: liga inggris