Diplomat Bilang Indonesia Kurang Serius Uji Lab Sampel COVID-19
"Meninggal bukan karena penyakit coronavirus, tetapi karena bronkopneumonia," kata Direktur Medis dan Keperawatan Rumah Sakit Umum Kariadi, Agoes Oerip Poerwoko, kemarin.
Terbaru, seorang WN Singapura juga meninggal dunia dengan gejala yang konsisten dengan virus korona baru. Pasien berusia 61 tahun itu mulai dirawat di RS Awal Bros, Batam karena demam tinggi. Ia diduga terpapar virus korona karena memiliki ciri-ciri yang sama, seperti demam tinggi. Guna memastikan korona atau bukan, pihak rumah sakit melakukan uji laboratorium terhadap sampel cairan mulut pasien yang bernama Alias bin ali itu.
Kondisinya memburuk hingga harus dirujuk ke RSBP Batam untuk mendapatkan perawatan intensif. Namun akhirnya Alias menghembuskan nafas terakhir pada Rabu kemarin setelah menjalani perawatan. Lagi-lagi hasil tes laboratorium menunjukkan negatif COVID-19.
Dunia Desak Indonesia
Kekhawatiran internasional tentang bagaimana pemerintah Indonesia menangani wabah virus korona baru kembali mencuat karena tidak satu pun hasil dari 136 sampel (spesimen) yang telah diambil positif virus SARS-COV-2.
Duta besar dari beberapa negara barat termasuk Amerika dikabarkan menemui Menkes Terawan Agus Putranto untuk menyampaikan masukannya tentang perlunya pemerintah Indonesia melakukan upgrade dalam uji lab korona.
Sebuah dokumen yang beredar di kalangan komunitas diplomatik di Jakarta memperingatkan kekhawatiran 'kritis' tentang penanganan COVID-19 di Indonesia.
Menkes Terawan Agus Putranto (Dok. Kemenkes)
"Kami percaya sangat penting bagi pemerintah Anda untuk secara aktif melakukan deteksi kasus secara lebih serius," pesan diplomat kepada Menkes, seperti dikutip dari Sydney Morning Herald, Kamis (27/2/2020).
Selain itu, para diplomat menyoroti banyak rumah sakit Indonesia yang tidak memiliki APD (alat pelindung diri) yang memadai, ruang isolasi yang tidak cukup, dan alat transportasi spesimen yang juga tidak memadai. Diduga sampel atau spesimen yang dikumpulkan tak disimpan dalam suhu dan kondisi yang standar sehingga virusnya mati.
"Referensi untuk transportasi spesimen yang tidak memadai mencerminkan kekhawatiran bahwa beberapa spesimen yang diuji untuk virus korona mungkin tidak didinginkan dengan baik dalam perjalanan," kata laporan itu.
Menurut prosedur WHO, masing-masing spesimen harus disimpan dan dikirim pada suhu 4 derajat celcius jika mereka akan mencapai laboratorium dalam waktu kurang dari 72 jam dan harus disimpan pada -20 derajat celcius, atau idealnya -80 derajat celcius, dengan dry ice atau nitrogen cair jika mereka akan mencapai laboratorium dalam lebih dari 72 jam.
Virus ini telah menyebar ke hampir semua negara tetangga Indonesia seperti Singapura dan Malaysia. Kemenkes baru menguji spesimen dari 136 orang dari total penduduk hampir 270 juta.
Sebagai perbandingan, Singapura yang berpenduduk 5,6 juta orang telah melakukan lebih dari 1.200 tes, Malaysia dengan populasi 31 juta telah melakukan lebih dari 1.000 tes, dan Australia dengan 25 juta penduduk telah melakukan lebih dari 4.000 tes.