Indonesia Pernah Melawan Virus yang Lebih Ganas dari COVID-19

Bandung, era.id – Virus korona baru atau SARS-COV-2 terus menyebar ke berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, virus ini sudah menyebar di 74 negara dan menetapkan status kesiagaan ke level tertinggi.

"Penetapan status oleh WHO ini menandakan bahwa seluruh negara di dunia harus bekerja sama sebaik-baiknya dengan prinsip solidaritas," kata Dr Anggraini Alam dr., SpA (K), di Bandung, Kamis (5/3/2020).

Dokter dari Divisi Infeksi dan Penyakit Tropik Departemen Kesehatan Anak Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) itu bilang, COVID-19 memang penyakit infeksi baru. “Yang namanya kasus infeksi tentu tidak ada batas negara, semua sudah menyebar,” katanya.

Dilihat dari penyebarannya yang begitu cepat, tentu epidemik virus asal Wuhan, China, itu mengkhawatirkan. Berbeda dengan sebaran virus infeksi korona sebelumnya seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang pergerakannya lebih landai meski tingkat kematiannya lebih besar. 

Namun wakil ketua tim penanganan infeksi khusus RSHS Bandung itu mengungkapkan, bila dilihat dari total kasus global saat ini, sebaran virus sebanyak 90 persen lebih banyak di China sebagai negara asalnya. Di luar China, angkanya baru meningkat sejak pertengahan Februari 2020. Hingga 3 Maret 2020, ada penambahan 2.453 kasus dalam sehari.

Infografik (Ilham/era.id)

Distribusi kasus di luar China yang tertinggi terjadi di Korea Selatan, Italia, dan Iran. Di luar negara-negara tersebut, kasusnya masih 400 kasus seperti di Jepang, Prancis, Jerman dan Spanyol.

Hasil Rontgen Penderita COVID-19 (Dok. RSHS)

Dengan kata lain, hingga saat ini angka kematian karena COVID-19 masih di kisaran 2 persen. Persentase kematian ini jauh lebih kecil jika dibandingkan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-COV) yang mencapai lebih dari 30 persen. Bahkan jika dibandingkan dengan flu burung (virus influenza H5N1), angka kematian akibat COVID-19 jauh lebih kecil lagi. Indonesia pernah melewati wabah virus yang lebih mematikan.

“RSHS pernah merawat flu burung yang angka kematiannya fifty-fifty (50 persen),” kata Dr Anggraini yang pernah menjadi anggota tim penanganan flu burung RSHS ketika virus dari unggas ini pernah merebak sekitar 2011.

Tingkat penyembuhan COVID-19 juga memiliki persentase tinggi. Berdasarkan data pasien di China, 90 persen pasien yang dirawat sembuh. Data juga menunjukkan bahwa 80 persen pasien mengalami gejala ringan-ringan saja, bisa dirawat di rumah, dan hanya 13,8 persen pasien mengalami sesak napas, dan 4,7 persen kritis (pneumonia).

Penyebab COVID-19 adalah human coronavirus yang terdiri dari tujuh jenis. Dari jumlah tersebut, empat di antaranya memiliki gejala seperti flu biasa. Namun ada tiga golongan beta COVID-19 yang menyebabkan sakit berat pada manusia.

 

Tag: covid-19 di indonesia