Masker Bedah, Tisu, dan Kain, Mana Lebih Efektif?

Your browser doesn’t support HTML5 audio
Jakarta, era.id - Baru-baru ini WHO dan pemerintah menganjurkan warga untuk memakai masker kain karena keterbatasan stok masker disposal dan masker bedah. Padahal, sebelumnya, WHO dan pemerintah menyatakan masker kain kurang efektif melindungi dari paparan virus termasuk virus korona baru.

Jadi, masker mana yang efektif dalam mencegah infeksi virus korona yang menular lewat percikan cairan pernapasan (droplet) antarmanusia?

Seperti dikutip dari Asiaone, Kamis (9/4/2020), seorang profesor kimia terapan di Universitas Keio, Jepang, Dr Tomoaki Okuda PhD, meneliti masker untuk mencari tahu bahan apa yang paling efektif mencegah partikel kecil seperti debu, virus dan bakteri. Ia menggunakan tiga jenis masker sebagai perbandingan, yakni masker bedah, masker tisu, dan masker kain lewat pengujian dengan alat Scanning Mobility Particle Sizer (SMPS).

Alat tersebut adalah alat pemindaian dengan instrumen analitik yang mengukur ukuran dan jumlah konsentrasi partikel aerosol dengan diameter dari 2,5 nanometer (nm) hingga 1.000 nm. SMPS menggunakan teknik pemindaian cepat dan berkesinambungan untuk memberikan pengukuran dengan resolusi tinggi.

Caranya, masker dililitkan ke selang penghisap udara yang terhubung dengan alat SMPS. Dalam eksperimennya, Okuda menyetel SMPS untuk menangkap partikel seukuran virus yang punya ukuran 20 hingga 100 nanometer.

Berikut ini adalah hasil dari temuannya:

Masker Bedah

Dengan masker bedah yang dibeli di toko, SMPS mengukur ada sekitar 1.800 partikel per sentimeter kubik udara yang dihirup. Hasil penelitian menunjukkan masker jenis ini memiliki efisiensi sekitar 70 persen untuk mencegah partikel kecil masuk ke saluran pernapasan.

Masker Tisu

Dengan menggunakan tiga lapis tisu yang dilipat menjadi dua, Okuda menguji masker dari lipatan tisu kertas enam lapis. SMPS mengukur ada sekitar 1.000 partikel per sentimeter kubik dari udara yang terhirup. Tak disangka enam lapis tisu kertas efektif menangkal 80 persen partikel.

Masker Kain

Dr Okuda membuat masker darurat yang dibuat dari kain atau sapu tangan yang dilipat tiga seperti masker bedah. SMPS mengukur sekitar 1.800 partikel per sentimeter kubik udara yang lewat, dengan tingkat efisiensi 70 persen untuk menangkal partikel masuk ke pernapasan.

Tanpa Masker

Selain itu, Dr Okuda juga menguji selang tanpa menggunakan masker. Hasilnya, SMPS mengukur ada 6.000 partikel per sentimeter yang terhirup. Artinya jika kita berada di dekat orang yang terinfeksi tanpa perlindungan masker sama sekali, ada potensi banyak partikel maupun virus yang kita hirup karena tak ada perlindungan sama sekali.

 

Kesimpulan

Menggunakan masker memang efektif mencegah kemungkinan terinfeksi virus. Masker yang terbuat dari kain sama efektif dengan masker bedah, tetapi tak disangka, menggunakan masker dari tisu yang dilipat enam kali lebih efektif lagi menangkal partikel kecil termasuk virus.

Menggunakan masker memang bertujuan untuk mencegah penularan virus lewat saluran pernapasan. Tapi tak efektif jika tak dibarengi dengan upaya pencegahan lain, yakni gaya hidup sehat agar mempunyai daya tahan tubuh yang prima dan rajin mencuci tangan.

Tag: kesehatan