Puasa Ramadan Bisa Tingkatkan Sistem Imun
DR Sumartini Dewi, dr. Sp. PD-KR, M. Kes, CCD, FINASIM bilang, imunitas (kekebalan tubuh) merupakan sistem yang dimiliki oleh organisme hidup untuk melindungi dirinya. Sistem imun juga dimiliki manusia. Sistem imun ini akan mengidentifikasi benda asing yang membahayakan tubuh, lalu membunuhnya. Benda asing yang masuk ke tubuh bisa berupa makhluk biologis atau pathogen jahat seperti bakteri, parasit, jamur, virus, maupun sel tumor (kanker).
Sumartini menjelaskan, fungsi dari sistem imun adalah melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit, menghancurkan dan menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, virus) yang masuk ke dalam tubuh, menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk perbaikan jaringan, serta mengenali dan menghilangkan sel abnormal.
Kepala Divisi Reumatologi-Departemen Ilmu Penyakit Dalam yang juga Kepala Pusat Studi Imunologi Fakultas Kedokteran UNPAD-RSHS Bandung, tersebut mengungkap berbagai kajian soal puasa dan hubungannya dengan sistem imun tubuh manusia.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan yang diketuai oleh Profesor Valter Longo di University of Southern California (UCLA) Amerika Serikat menyebutkan, puasa selama tiga hari berturut-turut dapat menyebabkan peningkatan yang signifikan bagi kesehatan, khususnya dalam peningkatan daya tahan tubuh.
Dalam penelitian tersebut, para peneliti menemukan bahwa rasa lapar memicu sel-sel induk dalam tubuh untuk memproduksi sel darah putih baru untuk melawan infeksi. Para peneliti itu juga menyebutkan bahwa puasa berfungsi sebagai 'pembalik sakelar regeneratif' yang mendorong sel induk menciptakan sel darah putih baru.
"Penciptaan sel darah putih baru inilah yang mendasari regenerasi seluruh sistem kekebalan tubuh. Puasa memberi tanda ‘OK’ bagi sel induk hematopoiesis untuk terus berkembang biak, membangun kembali seluruh sistem imun. Selain itu tubuh juga menyingkirkan bagian-bagian dari sistem imun yang rusak, tua, atau tidak efisien selama berpuasa," papar Sumartini, dikutip dari keterangan tertulisnya, Senin (27/4).
Selain itu, Sumartini juga menuturkan penelitian gabungan oleh ilmuwan Israel, Italia, dan Maroko, yang diterbitkan dalam Journal Frontiers in Immunology pada November 2017 yang menyatakan puasa Ramadan memengaruhi sistem kekebalan tubuh menjadi lebih baik.
Fenomena puasa yang dilakukan umat muslim setiap Ramadan juga menarik perhatian David Sabatini, seorang profesor biologi Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan anggota Whitehead Institute for Biomedical Research dan Koch Institute. Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Cell Stem Cell pada 3 Mei 2018, dan menyimpulkan bahwa puasa dapat meningkatkan secara pesat kemampuan regenerasi sel-sel punca pada hewan coba tikus, baik tikus muda maupun tikus tua.
Penelitian ini telah memberikan bukti bahwa puasa menginduksi 'sakelar metabolik' di sel-sel punca usus dengan memanfaatkan pembakaran lemak.
Omer Yilmaz, asisten profesor biologi MIT yang juga salah satu peneliti senior, menyebut berpuasa memiliki banyak efek pada sel-sel usus, termasuk meningkatkan regenerasi sel untuk mengatasi penyakit-penyakit yang menyerang usus seperti infeksi ataupun kanker.
Penelitian lain, lanjut Sumartini, dilakukan beberapa peneliti di University of Southern California. Para peneliti menemukan bahwa rasa lapar memicu sel-sel induk dalam tubuh memproduksi sel darah putih baru yang melawan infeksi.
Para peneliti menyebut puasa sebagai 'pembalik sakelar regeneratif' yang mendorong sel induk menciptakan sel darah putih baru. Penciptaan sel darah putih baru inilah yang mendasari regenerasi seluruh sistem kekebalan tubuh. Kabar baik lainnya ialah bahwa puasa berperang menyingkirkan bagian-bagian dari sistem yang mungkin rusak, tua, atau tidak efisien.
"Gaya berpuasa yang berkelanjutan memaksa tubuh menggunakan cadangan glukosa dan lemak. Tak hanya membuat cadangan lemak terpakai, tapi puasa juga merusak sel darah putih lama. Hal ini membuat tubuh menginduksi perubahan yang memicu regenerasi sel induk untuk membuat sel sistem kekebalan tubuh baru," terang Sumartini.
Selanjutnya dibeberkan bukti-bukti penelitian mengenai pengaruh puasa pada sistem imun, bahwa puasa mengurangi peradangan dalam tubuh secara signifikan. Peradangan berlebihan adalah penyebab banyak penyakit kronis termasuk Alzheimer, demensia, diabetes, obesitas, dan banyak lagi.
Pada penelitian hewan coba didapatkan bukti-bukti pengaruh puasa meningkatnya sel-sel imun seperti imunoglobulin A (IgA) pada usus, sel monosit, aktivitas sel pembunuh alami (natural killer-cell) dan peningkatan aktivitas makrofag.