Jakarta, era.id - Hari Buruh tak harus diperingati dengan cara unjuk rasa. Apalagi di tengah pandemi COVID-19 seperti saat ini. Kita tentunya harus menjaga jarak fisik (
physical distancing) agar menghindari penularan virus.
Ada cara asyik untuk memperingati May Day yang bisa kamu lakukan tanpa harus keluar rumah, yaitu dengan menonton film bertema buruh. Penasaran apa saja filmnya? Berikut ulasannya.
Minggu Pagi di Victoria Park (2010)
Film pertama yang bisa ditonton sekaligus memperingati hari buruh ialah Minggu Pagi di Victoria Park karya Lola Amaria. Film ini dirilis tahun 2010 dengan mengangkat kisah kehidupan Mayang (Lola) yang dipaksa ayahnya bekerja di Hong Kong.
Mayang bukan cuma dikirim ke Hong Kong buat kerja aja, dia diberi tugas untuk mencari adiknya, Sekar (Titi Rajo Bintang), yang memutuskan buat merantau sebagai buruh migran.
Kisah hidup Mayang dan Sekar ini disisipkan dengan gambaran kehidupan para pekerja Indonesia di Hong Kong, khusunya pekerja wanita. Dengan pengambilan dan unsur cerita yang menarik, film ini berhasil masuk ke nominasi Film Terbaik Piala Citra.
Janji Joni (2005)
Karya pertama Joko Anwar ini berkisah tentang seorang pengantar rol film antar bioskop di Jakarta bernama Joni (Nicholas Saputra). Suatu hari, Joni berjumpa dengan seorang wanita cantik yang membuatnya jatuh cinta. Dia adalah seorang penonton (Mariana Renata) film di bioskop tempat Joni bekerja.
Demi berkenalan dengan gadis incarannya, Joni harus melalui berbagai rintangan sebelum gadis itu berubah pikiran. Dia dirampok, motornya dicuri, bantu orang lahiran, sampai terjebak jadi figuran di sebuah film.
Dari kisah ini bisa disimpulkan seberapa besar perjuangan para pekerja di balik layar demi kalian saksikan filmnya sebelum diputar di bioskop.
Alangkah Lucunya Negeri Ini (2010)
Film yang juga dinobatkan jadi film terbaik di Piala Citra ini menceritakan tentang Muluk (Reza Rahadian), lulusan S1 yang enggak kunjung dapet kerjaan. Suatu hari Muluk bertemu seorang copet bernama Komet (Angga Putra).
Komet pun menawarkan pekerjaan ke Muluk sebagai seorang copet dengan imbalan 10 persen. Tetapi dia juga mengajak sahabat dan pacarnya, Samsul (Asrul Dahlan), dan Pipit (Tika Bravani). Kedunya juga sama dengan Muluk, seorang sarjana tanpa pekerjaan.
Dari film bisa disimpulkan sebuah pesan tentang bekerja enggak melulu soal ijazah, tetapi skill, pengalaman, dan juga orang dalam.
Gundala (2019)
Meski secara keseluruhan bertema superhero Indonesia, film yang disutradarai oleh Joko Anwar ini juga menyisipkan pesan kepada para buruh dengan menampilkan adegan buruh yang protes ke pabrik.
Di mana adegan itu ada di bagian awal film yang diperankan oleh Rio Dewanto sebagai ayah Sancaka atau Gundala. Aksi protes dan demo dituangkan di film ini layaknya kejadian nyata yang menimpa para buruh di Indonesia.
Marsinah (2001)
Kalau film ini sih udah pasti banyak banget yang tahu cerita dan latar belakangnya. Yap! Nama Marsinah bagi kaum buruh di Indonesia emang udah enggak asing lagi. Dia merupakan seorang aktivis dan buruh di PT Catur Putra Surya (CPS), Sidoarjo di era pemerintahan order baru.
Sayangnya sebagai aktivis yang amat vokal dengan nasib buruh membuat dirinya menghilang pada bulan Mei 1993 dan ditemukan tewas.
Kisah nyata ini kemudian diangkat ke dalam sebuah film lewat arahan Slamet Rahadjo dengan judul Marsinah.
Kisah 3 Titik (2012)
Film ini mengangkat tema tentang tiga orang pekerja perempuan yang memiliki nama sama, Titik, Titik Sulastri (Ririn Ekawati), Titik Kartika (Maryam Supraba), dan Titik Dewanti (Lola Amaria).
Kisah kehidupan ketiganya pun memiliki kesulitan yang berbeda-beda, dimulai dari Sulastri. Dia digambarkan sebagai sosok single parent beranak dua yang harus kerja banting tulang di sebuah pabrik garmen dengan gaji rendah.
Kemudian ada Dewanti yang menjabar sebagai seorang manajer cerdas tapi kuper. Suatu hari dia dipindahkan menjadi manajer HRD di pabrik garmen, tempat Sulastri bekerja. Keduanya pun berteman dan membuat Dewanti berpihak pada buruh di garmen. Sedangkan Kartika merupakan seorang buruh pabrik sepatu rumahan, yang bekerja mati-matian demi haknya.
Dari keenam film di atas, banyak sekali pesan dan makna tersirat yang bisa diambil, khususnya bagi para buruh, mulai dari menuntut hak, perjuangan seorang buruh demi keluarga, hingga ketidakadilan yang kerap kali diterima oleh para buruh di Indonesia.
Jadi, film mana yang mewakili perasaan kamu hari ini?
Tag:
may day
hari film nasional 2018