Silent Hypoxia, Gejala Baru Penderita COVID-19

Jakarta, era.id - Para dokter mulai mengkhawatirkan tren baru pada pasien COVID-19, yaitu tingkat saturasi (penyerapan) oksigen pada darah para pasien sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pasien tidak mendapatkan cukup oksigen untuk paru-paru mereka.

Fenomena ini dikenal dengan silent hypoxia. "Meskipun mengalami kadar saturasi oksigen darah yang rendah karena COVID-19, beberapa pasien melaporkan bahwa mereka tidak mengalami sesak napas," ujar ahli pulmonologi perawatan kritis Vandana A. Patel, MD, FCCP, seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (5/5/2020).

Tingkat saturasi oksigen yang normal yaitu yang berada pada tingkat lebih dari 90 persen. Sementara menurut Dr. Patel, tingkat 94-100 persen masih dianggap normal. Jadi seorang pasien virus korona bisa jadi kena Hypoxia saat sesak napas.

Namun jika seorang pasien berada pada tingkat di bawah 90 persen, otak tidak akan mendapatkan oksigen yang cukup. Sehingga menyebabkan pusing dan lemas.

Lebih parah jika tingkat saturasi oksigen terus berada di bawah 80 persen. Ada bahaya nyata kerusakan organ-organ vital dan bahkan berujung kematian.

Richard Levitan, MD, seorang dokter yang bertugas di UGD di Bellevue Hospital, New York, menyebutkan fakta. Beberapa pasien covid-19 yang ia temukan dengan pneumonia memiliki tingkat saturasi oksigen di bawah 50 persen. Fakta itu membuktikan bahwa silent hypoxia ini memang benar-benar tanpa adanya gejala yang terlihat.

Meskipun begitu, silent hypoxia bukanlah fenomena baru di dunia kesehatan. Silent hypoxia biasa ditemukan pada mereka yang mengalami sakit ketika berada di ketinggian.

"Kondisi apapun yang menyebabkan kerusakan pada paru-paru dapat menyebabkan silent hypoxia, meskipun lebih umum pada kondisi kronis seperti PPOK (penyakit paru obstruktif kronik) dan fibrosis paru," ujar Dr Patel.

Virus ini secara diam-diam menyebabkan cedera pada kantung udara di paru-paru. COVID-19 memengaruhi kantung paru-paru dan menyebabkan pneumonia, yang menyebabkan penurunan difusi oksigen melalui membrannya.

"Pada gejala awal paru-paru akan bekerja seperti biasa dan dapat mengeluarkan karbondioksida. Sehingga banyak orang tidak menyadarinya," jelas Dr Patel.

Seiring berjalannya waktu, pasien akan mengalami sesak napas, pneumonia dan kerusakan yang serius.

"Cedera kantung udara yang disebabkan virus dapat dengan cepat menyebabkan tingkat oksigen yang sangat rendah dan berbahaya, yang menyebabkan erusakan jaringan lebih lanjut di berbagai organ. Termasuk paru-paru, jantung, hati, ginjal, dan otak," ucapnya.

 

Tag: wabah penyakit