Retorika DPR Soal Impor, UMKM, dan Investasi di RUU Cipta Kerja
Menurutnya RUU sapu jagat ini, bukan hanya menciptakan lapangan pekerjaan, tapi juga untuk membangun nilai tambah lebih besar bagi perekonomian. UMKM di Indonesia harus lebih berkembang dan tidak lagi ketergantungan dengan impor. Sebab, dia melihat masih banyak UMKM yang menjual barang-barang impor seperti mainan anak, tekstil, dan garmen.
"Jangan sampai kita memberikan seluas-luasnya untuk impor dan akhirnya bergantung. UMKM jangan akhirnya melemahkan daya tahan NKRI, kekuatan negara kita," ujar Gobel saat Rapat Dengar Pendapat Umum di Badan Legislasi secara virtual, Selasa (5/5/2020).
Pengusaha sukses itu beretorika jangan sampai pembahasan RUU Cipta Kerja yang bertujuan untuk mengundang investor pada akhirnya lebih mengedepankan kepentingan asing yang kemudian melemahkan potensi dalam negeri.
"Investor asing hanya pelengkap. Bukan yang utama. Ini yang selalu saya ingatkan," tegas Gobel.
Politisi NasDem ini lantas mencontohkan banyak UMKM garmen dan tekstil di dalam negeri yang bisa diperkuat karena memproduksi dan menjual produk asli dalam negeri seperti kain batik, tenun ikat, dan songket.
Namun sayangnya, potensi ini kurang digaungkan. Sampai-sampai batik pernah diklaim sebagai budaya negara tetangga.
"Kita harus hati-hati detail pasal itu sendiri di Omnibus Law. Karena kita juga menjaga nationality interest kita," pungkasnya.
Sebelumnya, para narsumber yang diundang oleh Baleg dalam RDPU yaitu pengusaha Emil Arifin dan Direktur of Developing Entrepreneurship Sutrisno Iwantono mendesak agak pemerintah dan DPR tak hanya memperhatikan kelas pekerja saja, tapi juga membantu para pengusaha UMKM.
"Sesuai namanya, RUU Cipta Kerja ya tujuan utamanya untuk menciptakan lapangan kerja, dan penyedia lapangan kerja terbesar ya UMKM," kata Sutrisno dalam paparannya.