Resep Obat untuk Pasien COVID-19 di Indonesia

Jakarta, era.id - Juru Pemerintah untuk COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan bahwa pasien sembuh dari COVID-19 cenderung semakin mengalami peningkatan. Hal tersebut tentunya menjadi hasil patut untuk disyukuri.

"Ini yang harus kita syukuri, bahwa sekarang semakin cenderung banyak yang jadi semua semakin sembuh,” kata Yuri dalam keterangan resmi di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Jumat (5/6).

Menurut rekapitulasi data akumulasi yang dihimpun Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, kasus sembuh pada hari ini ada penambahan 406 orang, sehingga totalnya menjadi 10.904.

Pemerintah pun terus melalukan berbagai upaya penanganan untuk menekan angka kasus positif setiap harinya. Bahkan Presiden Joko Widodo meminta jajarannya dan Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 untuk meningkatkan target tes spesimen COVID-19 menjadi 20.000 tes per hari.

Tapi, seperti apa sih perawatan yang diberikan kepada pasien positif virus korona di Indonesia?

Sekretaris Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI) Erlang Samoedro mengatakan untuk obat yang dikonsumsi para pasien positif COVID-19 pastilah sesuai dengan anjuran dari Kementerian Kesehatan, seperti Oseltamivir, Azitromisin, Kloroquin, vitamin C, Zinc, dan lain-lain.

Infografik (Ilham/era.id)

Dia menambahkan, tidak perubahan obat yang di berikan kepada pasien selama wabah COVID-19 berlangsung.

"Sampai saat ini masih sama sesuai guideline yang dikeluarkan kemkes," ujar Erlang saat dihubungi era.id, Senin (8/6/2020).

Sedangkan untuk perawatan di luar obat, kata Erlang, memang berbeda-beda antar sesama pasien COVID-19. Misalnya, untuk pasien dengan gejala ringan tidak perlu menggunakan ventilator.

"Kalau pasien gejala berat pakai oksigen sampai ventilator, pasien gejala sedang pakai oksigen biasa, ringan tidak pakai oksigen," papar Erlang.

Untuk makanan yang dikonsumsi olen para pasien, kata Erlang, tidak berbeda jauh dengan yang dikonsumsi oleh orang pada umumnya, selama makakanan tersebut memenuhi gizi seimbang.

Hanya saja, jika pasien tersebut memiliki penyakit bawaan tentunya ada makanan yang pantang dikonsumsi oleh pasien tersebut. Hal ini tergantung dari penyakit bawaan masing-masing pasien.

"Kalau COVID-19 ya nggak ada yg spesifik, sama saja makanananya seperti tahu, tempe, daging, sayur, telur. Kalau ada penyakit bawaan, ya sesuai penyakitnya," pungkas Erlang.

Sementara untuk pasien COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, obat yang dipakai terdiri dari obat yang digunakan dalam programvSolidarity WHO seperti Lopinavir, Hidroksiklorokuin, Remdesivir, dan Interferon Beta. Ada juga obat di luar Solidarity WHO seperti Umifenovir. 

“Dan pasien RSHS ada yang menerima plasma konvalesen, ada timnya,” terang Wakil Ketua Tim Infeksi Khusus RSHS, Dr dr Anggraini Alam, Sp.A (K), kepada era.id, Senin (8/6/2020).

Obat-obatan tersebut merupakan pilihan, tergantung kondisi pasien dan diagnosa dokter. Setiap pasien mendapatkan obat yang berbeda-beda, hanya masing-masing obat memiliki potensi untuk mengatasi penyakit COVID-19.

Anggi menjelaskan, COVID-19 merupakan penyakit baru yang belum ada obat spesifiknya. “Namun, tentu masih ada pilihan-pilihan obatnya,” katanya. 

Obat pilihan-pilihan tersebut tergolong ke dalam emergency use authorization di bawah pengawasan WHO, Badan POM, dan pemerintah.

“Pasien yang sudah diberikan obat pilihan tersebut alhamdulillah hasilnya baik,” terangnya.

Di samping pemberian obat yang tepat, faktor yang turun menyebabkan kesembuhan pasien COVID-19 antara lain pemberian asupan makanan. Pemberian makanan dikaitkan dengan kondisi pasien, ada penyesuaian kalori, protein, dan lain-lain.

“Pasien seperti ini begini obatnya, menu makanannya begini, ada penatalaksanaannya,” katanya.

Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah disiplin masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan, mulai memakai masker, selalu cuci tangan pakai sabun, jaga jarak, menghindari kerumunan atau tidak kumpul-kumpul, menghindari aktivitas di luar rumah.

Kepatuhan pada protokol kesehatan akan berdampak pada terkendalinya kasus baru COVID-19, sehingga jumlah pasien yang memerlukan layanan medis pun jadi terkendali. Hal ini membuat tenaga medis tidak akan kewalahan.

“Pengelolaan pasien di rumah sakit akan semakin baik apabila pasien yang masuk sedikit, tidak menumpuk atau membludak,” kata Anggi.

Ia berharap masyarkat selalu mengikuti protokol kesehatan. Masyarakat diminta tetap disiplin hidup bersih dan sehat agar terhindar dari penularan penyakit yang belum ada vaksinnya itu.

 

Tag: obat korona