Uji Coba Khasiat Cordyceps Militaris untuk Melawan COVID-19
Uji klinis dilakukan tim dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan, dan tim dokter Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran dengan pendampingan regulasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Uji klinis dilakukan pada 90 pasien COVID-19. Dua produk yang akan di uji klinis adalah jamur Cordyceps Militaris dan kombinasi herbal yang terdiri dari rimpang jahe, meniran, sambiloto dan daun sembung.
“Uji klinis ini merupakan tonggak sejarah bagi pengembangan suplemen dan obat di Indonesia,” ungkap Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko di Jakarta, Jumat (12/6/2020).
Cordyceps telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional China dan Tibet. Jamur ini dipakai untuk menyembuhkan berbagai penyakit seperti gangguan pernapasan, hingga menjaga daya tahan tubuh.
Jamur ini mengandung banyak nutrisi, seperti protein, asam amino esensial, peptida, vitamin (B1, B2, B12, E, K), asam lemak, dan mineral serta zat aktif cordycepin dan adenosine. Zat cordycepin merupakan komponen bioaktif yang berfungsi sebagai antioksidan untuk meningkatkan imunitas.
Ia menjelaskan, ini adalah uji klinis produk herbal pertama yang ditujukan untuk penangan COVID-19 di Indonesia, yang dipimpin dan dirancang oleh peneliti Indonesia. Bila berhasil, uji klinis ini akan membuktikan bahwa suplemen yang selama ini telah diproduksi bisa klaim untuk penanganan COVID-19. “Sehingga berpotensi untuk menjadi produk ekspor unggulan Indonesia,” sambung Handoko.
Koordinator Kegiatan Uji Klinis Kandidat Immunomodulator dari Herbal untuk Penanganan COVID-19, Masteria Yunovilsa Putra menjelaskan, kombinasi herbal yang akan sedang diuji klinis tersebut sudah memiliki nomor ijin edar. “Ada prototipe dan datanya serta sudah memiliki izin edar dari BPOM,” jelas Masteria.
Dirinya mengungkapkan, obat dan suplemen herbal ini diharapkan tidak hanya untuk mengobati, namun dapat digunakan sebagai pencegahan untuk Orang dalam Pengawasan atau ODP dan Pasien dalam Pengawasan atau PDP yang terindikasi COVID-19. “Diharapkan pada bulan Juli analisis dan hasil sementara dari uji klinis sudah terlihat,” ujar Masteria.
Risetnya sendiri telah dilakukan sejak bulan Maret lalu, diawali dengan pengkajian ilmiah terhadap beberapa komoditas herbal Indonesia yang diperkirakan memiliki aktivitas imunomodulator. Kegiatan pengkajian ilmiah ini dikerjakan oleh tim peneliti LIPI, Universitas Gadjah Mada, dan PT. Kalbe Farma Tbk.
“Harapannya jika nanti tanaman herbal ini lulus uji klinis, ketersediaanya terjamin dan dapat mudah ditemukan di sekitar,” papar Masteria.