Isi Podcast Sandiwara Sastra, Iqbaal Ramadhan Jadi Burung Perkutut
Sandiwara Sastra merupakan program yang dipelopori oleh Kemendikbud, Yayasan Titimangsa, dan KawanKawan Media dengan meluncurkan podcast sastra yang dikemas secara unik oleh para sineas Indonesia.
Pemeran karakter Dilan ini dipercaya untuk mengisi salah satu karakter burung perkutut, yang juga jadi pengalaman pertama bagi Iqbaal Ramadhan.
“Di Sandiwara Sastra ini kebetulan aku dimandatkan untuk menjadi perkutut, yang mana ini adalah peran pertama ku yang bukan menjadi manusia. Super interesting,” kata pemeran Minke di film Bumi Manusia ini.
Lewat peran barunya ini, aktor yang sekarang sedang kuliah di Melbourne, Australia ini mengaku banyak sekali belajar dan mendapat pengalaman berharga di kariernya.
Menurut Iqbaal lewat karakter burung ini dia jadi bisa mempelajari bagaimana menyuarakan suara burung dengan bahasa yang dimengerti orang, hingga eksplorasi karakter.
“Burungnya sendiri jadi kayak manusia gitu lho, tapi sebenernya dia adalah burung. Ini menarik sekali sih,” ungkap Iqbaal.
Lebih lanjut Iqbaal juga mengaku sempat mempelajari suara burung secara langsung dengan menghampiri hewan berkaki dua itu di sekitar rumahnya di Australia. Sayangnya, di sana jarang sekali ditemukan burung perkutut yang menjadi karakter Iqbaal di Sandiwara Sastra.
Demi tetap belajar dan mendalami karakternya, mantan personel boyband Koboi Junior ini memutuskan untuk menonton video lewat YouTube, yang juga dibantu oleh Mas Cindil alias Gunawan Maryanto.
Terlepas dari karakter yang akan dia perankan, ia berharap dengan hadirnya podcast Sandiwara Sastra ini bisa membangkitkan minat para remaja seumurannya untuk lebih mencintai sastra dan budaya.
Podcast Sandiwara Cinta akan mulai mengudara Rabu, 8 Juni 2020 jam 17:00 WIB. Nantinya dari 10 episode yang diberikan bakal dimeriahkan oleh 3-4 sineas Indonesia lewat suara.
Sedangkan karya yang akan dibawakan meliputi novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, novel Helen dan Sukanta karya Pidi Baiq, cerita pendek (cerpen) Kemerdekaan karya Putu Wijaya, cerpen Menunggu Herman karya Dee Lestari, cerpen Berita dari Kebayoran karya Promoedya Ananta Toer, novel Lalita karya Ayu Utami, cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan karya Umar Kayam, cerpen Persekot karya Eka Kurniawan, novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana, dan novel Orang-orang Oetimu karya Felix K. Nesi.