Ini 3 Vaksin COVID-19 yang Diuji Coba di Indonesia
ERA.id - Lebih dari 140 riset vaksin COVID-19 saat ini tengah dimonitor oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Indonesia stak ketinggalan dalam mengikuti perkembangan vaksin COVID-19. Setidaknya ada tiga vaksin yang sedang diuji klinis di dalam negeri. Apa saja?
Contohnya, vaksin ChAdOx1-S dari tim Universitas Oxford/AstraZeneca ternyata berhasil meningkatkan sistem imun dari para sukarelawan percobaan.
Informasi yang dihimpun ERA.id, Selasa (21/7/2020) setidaknya ada tiga riset vaksin yang sedang berlangsung saat ini:
Vaksin Sinovac
Pada Minggu, (19/7/2020) Indonesia menerima calon vaksin dari perusahaan biofarmasi asal China, Sinovac Biotech Ltd. Vaksin ini belum dijual secara massal, namun, masih dalam fase uji klinis tahap ketiga (III), seperti dikatakan Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Kemenristek Ali Ghufron Mukti, Senin kemarin.
Uji klinis tersebut akan dilakukan di Indonesia melalui kerja sama PT Bio Farma dan Sinovac Biotech Ltd. Prosesnya akan dilakukan terhadap 1.620 relawan di Bandung, Jawa Barat, dan melibatkan Balitbangkes serta Universitas Padjajaran.
Vaksin Sinovac dibuat lewat partikel COVID-19 yang di non-aktifkan. Dalam pengujian awal terhadap sejumlah kecil sukarelawan, vaksin ini dinilai aman bagi sistem tubuh manusia.
Vaksin GX-19
Vaksin GX-19 adalah calon vaksin COVID-19 yang dibuat oleh konsorsium Genexine yang bermarkas di Korea Selatan. Uji klinis pertama sudah dilakukan di Korea Selatan, dan saat ini sedang menunggu "approval di Korea," kata Laksana Tri Handoko dari LIPI, (28/6/2020).
Rencananya, setelah mendapat persetujuan, vaksin GX-19 akan menjalani uji klinis 2 dan 3 di negara-negara dengan tingkat persebaran virus korona yang cukup tinggi, termasuk Indonesia. Peneliti LIPI dan Kalbe farma akan ikut terlibat dalam pengujian di Indonesia.
Genexine memulai penelitian GX-19 pada tanggal 13 Maret. Mereka membentuk konsorsium penelitian vaksin DNA COVID-19 bersama beberapa pusat riset dan lembaga non-profit.
Vaksin Merah Putih
Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman memimpin riset dan produksi viksen mandiri Indonesia yang dinamai Vaksin Merah Putih.
Dinamai sebagai produksi vaksin mandiri, tim Eijkman menggunakan teknik rekombinasi protein dari virus SARS-CoV-2 yang beredar di Indonesia. Protein rekombinan didapatkan dari penggunaan bagian virus yang menyandi bagian Spike (S) dan Nucleocapsid (N). Hasil rekombinasi ini akan menghasilkan protein baru, semacam ‘virus tiruan’, yang bisa memicu reaksi imun untuk menangkal virus korona.
Protein rekombinan akan pertama-tama diuji ke hewan. Pengujian akan dilakukan di laboratorium BSL-3 milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). LBM Eijkman bekerja sama dengan Bio Farma untuk proses produksi skala industri.
Saat ini progres riset masih 20-30 persen. Tim Eijkman menargetkan bahwa bibit vaksin bisa didapat pada 2021, dan vaksin akan tersedia bagi masyarakat pada kuartal pertama atau semester pertama 2022.
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro menjadi ketua tim pengembangan vaksin ini, sementara riset vaksin akan diawasi penuh oleh Kemenristek/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)