Pelatih Olahraga Jepang Masih Kasar Terhadap Atlet Muda

ERA.id -Mendekati dimulainya hitung mundur menuju Olimpiade Tokyo pada 23 Juli 2021, organisasi Human Rights Watch merilis laporan mereka mengenai kultur kekerasan fisik dan verbal yang menyasar atlet muda Jepang.

Masih ada kultur kekerasan di pusat-pusat pelatihan olahraga Jepang, tulis laporan organisasi Human Rights Watch (HRW) yang dirilis Senin (20/7/2020).

Organisasi tersebut, seperti diberitakan DW, mewawancarai 50 atlet muda Jepang yang berlaga di berbagai level kompetisi. Mereka juga melakukan survei online dan berbicara dengan organisasi olahraga setempat untuk mempelajari fenomena kekerasan yang disebut "taibatsu".

Hasil pemeriksaan mereka membuktikan masih banyak anak-anak Jepang yang mengalami kekerasan selama pelatihan olah raga, dan beberapa kendala institusional dianggap membuat upaya pencegahan kekerasan tersebut menjadi tidak efektif.

Badan pengelola olahraga Jepang, Japan Sports Agency, menyatakan bahwa kekerasan dalam pelatihan olahraga tidaklah dibenarkan. Dalam pernyataan yang didapat DW, mereka juga mengaku sudah menciptakan kurikulum bagi sekolah atau pusat pelatihan.

Isu kekerasan di pelatihan olahraga Jepang sendiri dianggap isu yang mengakar, dan solusinya sulit ditemukan, seperti kata Masamitsu Ito, profesor ilmu kepelatihan di Nippon Sport Science University yang berlokasi di Tokyo.

Sejumlah survei bahkan mengatakan bahwa banyak orang Jepang setuju dengan perilaku kekerasan yang diarahkan ke para atlet muda. Banyak orang tua justru meminta pelatih untuk bersikap keras ke anak-anak.

"Kurasa, orang tua percaya anak-anak perlu dilatih dengan keras, atau secara fisik," kata Ito, seperti dikutip oleh the Japan Times.

Pada tahun 2012, seorang anggota tim basket Sekolah Menengah Sakuranomiya di Osaka bunuh diri setelah berulangkali menjadi target hukuman fisik pelatihnya. Remaja 17 tahun ini dihukum karena dia lah kapten tim basket tersebut. Kasus ini lantas mendapat sorotan media internasional dan membuka tabir pengelolaan talenta muda olahraga yang buruk.

Satu tahun kemudian, reformasi diupayakan untuk menghilangkan kultur taibatsu di Jepang. Namun, seperti dikatakan Minky Worden, Direktur Inisiatif Global HRW, mereka gagal mencapainya.

Worden melihat bahwa karena saran reformasi keolahragaan mereka di tahun 2013 tidak bersifat wajib, hal tersebut pun tidak diimplementasikan.

"Selama federasi olahraga masih memiliki opsi untuk mengalokasikan sumber daya ke para staf yang bebal terhadap komplain, dan selama cabang olah raga dan sekolah masih melindungi pelatih yang kasar, maka anak-anak akan selalu tidak aman."

Sementara itu, karena situasi pandemi korona, PM Jepang Shinzo Abe dan presiden International Olympic Committee THomas Bach sepakat untuk mengundur Olimpiade Tokyo ke tahun 2021. Hitung mundur menuju pembukaan gelaran olimpiade tersebut akan dimulai pada Jumat (23/7/2020) pada pukul 20.00 waktu Jepang.