Missing Link Spesies Anjing Ada di Pegunungan Grasberg, Papua?
ERA.id - Di ketinggian 3.000 mdpl di pegunungan Papua, suatu spesies anjing berbulu tebal dan berwajah seperti rubah mengembara secara bebas. Peneliti menduga anjing liar ini merupakan missing link dari anjing peliharaan modern.
Bulunya berwarna coklat emas. Telinganya berbuntuk setiga, mencuat ke atas. Ekornya tebal dan moncongnya pendek seperti rubah. Namun, tak seperti anjing pada umumnya, ia tak bisa menggonggong.
"Suaranya melolong gitu. Mingkin karena itu dinamai singing dog," kata Anang Dianto, seorang teknisi mekanik yang tinggal di Grasberg, Mimika, Papua.
Pada Jumat, (24/7/2020), Anang memposting tiga foto anjing mirip rubah tersebut di Twitter, lewat akunnya @anangdianto.
Dalam utas tweet yang sama, Anang menyebutkan bahwa ia baru saja melihat satu kawanan anjing lucu tersebut. Mereka terdiri dari satu pejantan, satu betina, dan beberapa anak anjing.
Sampai saat ini belum diketahui pasti jenis spesies atau nama ilmiah dari anjing yang bisa melolong ini. Dari penampilan fisiknya, ia mirip dengan beberapa anjing endemik yang ada di sekitar Papua: New Guinea Singing Dogs, Highland Wild Dogs, dan Dingo Australia. Kemiripan antara ketiganya dimungkinkan karena geografi daratan Papua dan Australia yang pernah menyatu menjadi Daratan Sahul lebih dari 11.700 tahun lalu.
Video dokumentasi New Guinea Wild Dogs oleh National Geographic (2018)
Keberadaan anjing liar di dataran tinggi Papua juga mengundang perhatian banyak peneliti. Organisasi lingkungan National Geographic menulis bahwa pada tahun 2016, setidaknya ditemukan 15 anjing liar sejenis yang keberadaannya dipotret melalui kamera tersembunyi.
New Guinea Highland Wild Dog Foundation, sebuah yayasan penelitian, juga datang ke Papua untuk mengamati dan memotret keberadaan anjing liar Papua ini pada tahun 2018. Dalam situs resmi mereka, NGHWDF.org, dijelaskan bahwa anjing liar pegunungan Papua adalah "salah satu anjing terlangka dan paling tua yang masih hidup."
"Anjing liar pegunungan New Guinea," kata organisasi tersebut, "mungkin merupakan missing link dari nenek moyang anjing dan anjing peliharaan modern."
Kelompok penelitian New Guinea Highland Wild Dogs Foundation akan kembali melakukan riset mengenai anjing liar Papua tahun 2021.