Sembuh dari COVID-19, Dua Warga Korsel Sumbang Plasma Darah

ERA.id - Kim Ji-seon, seorang warga Korea Selatan, dan pacarnya sangat terkesan dengan perawatan tim medis saat mereka berdua opname karena COVID-19. Untuk membalas jasa, mereka menyumbang darah yang mengandung antibodi virus tersebut untuk keperluan penelitian.

Dua pasangan tersebut dengan senang mendaftarkan diri ke program donasi darah pasien yang yang sembuh dari infeksi virus korona. Program ini bagian dari riset obat plasma yang diinisiasi di bulan Juni oleh Gereja Presbiter Ouchun di kota Busan, kota yang memiliki kasus virus korona pertama pada bulan Februari, seperti diberitakan South China Morning Post (SCMP).

Klaster infeksi di gereja tersebut dikabarkan berasal dari jemaat sekte kristen Shincheonji, yang ribuan di antaranya terinfeksi virus korona di awal wabah COVID-19 di Korea Selatan. Kim dan pacarnya, Kim Chang-yeon, adalah jemaat Gereja Presbiter Ouchun di Busan tersebut.

Keduanya dirawat di Busan Medical Centre pada bulan Februari, sesaat setelah keduanya dites positif terinfeksi COVID-19.

"Kami sangat berterima kasih pada para dokter dan perawat di rumah sakit itu," kata Kim kepada SCMP. "Mereka merawat kami dengan sangat baik, seakan kami adalah anggota keluarga mereka. Maka, kami berpikir apa yang akan kami lakukan sebagai ucapan apresiasi kami."

Menyadari bahwa belum ada vaksin untuk penyakit pneumonia tersebut, Kim berpikir bahwa penemuan vaksin tentu akan meringankan beban para perawat.

Pusat Kendali dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDCP) mengatakan bahwa 1.000 pasien sembuh dari penyakit pandemik ini setuju untuk menyumbangkan plasma darah mereka untuk membantu pengembangan obat. Per Selasa, (21/7/2020), badan tersebut telah mengumpulkan sampel darah dari 660 orang.

Tubuh pasien yang telah sembuh dari COVID-19 dikabarkan membentuk antibodi, alias sistem pertahanan terhadap penyakit tersebut, yang bisa ditemukan di dalam plasma darah.

Darah dari pasien sembuh bisa digunakan untuk membuat plasma penawar (convalescent), yang berisi antibodi, serta terapi hyperimmune immunoglobulin. Hal ini disebutkan dalam makalah yang ditulis belasan ahli medis dan diterbitkan di Cochrane, sebuah jaringan riset ilmiah.

Korea Selatan berencana untuk memulai uji klinis dari terapi atau pengobatan berbasis plasma pada bulan September tahun ini.