Pengamat: Indonesia Belum Tentu Dihantam Resesi
ERA.id - Beberapa negara sudah terperosok ke dalam jurang resesi dampak dari pandemi global COVID-19. Indonesia sendiri diperkirakan akan segera masuk resesi jika pertumbuhan ekonomi di kuartal II dan III 2020 terkontraksi berturut-turut.
Ekonomom UI Fithra Faisal Hastiadi mengatakan, ekonomi Indonesia diprediksi masih lebih baik ketimbang negara lain yang mengalami resesi. Sebabnya, negara-negara lain seperti Amerika, Jerman, Korea Selatan, Jepang, Singapura, dan Australia mengalami resesi karena pertumbuhan ekonomi mereka sebagian besar ditopang oleh perdagangan internasional.
"Di saat-saat seperti ini justru menjadi blessing in disguise. Keterkaitan kita dengan global value chain (perdagangann Internasional) tadi tidak sebesar yang lain, bahkan cukup tertinggal," ujar Faisal dalam acara webinar, Minggu (1/8/2020).
Dia mengatakan, dalam kondisi normal pertumbuhan ekonomi Indonesia memang mencemaskan sebab sulit bersaing dengan negara-negara regional seperti Vietnam, Singapura, Thailand, dan Filipina.
Namun, di tengah pandemi ini, Indonesia bisa bersyukur sebab cukup diuntungkan oleh produk domestik bruto (PDB) yang sebagian besar ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Sebagai gambaran, konsumsi rumah tangga berkontribusi sebesar 58,14 persen pada PDB kuartal I 2020.
"Kalau begitu berarti resesi di pihak yang lain (negara lain), belum tentu kita (Indonesia) juga resesi. Karena kontributor ekonomi terbesar kita bukan di situ (perdagangan internasional)," kata Faisal.
Oleh sebab itu, kata dia, kunci utama agar Indonesia tidak masuk jurang resesi adalah mendorong konsumsi domestik. Khususnya pada kuartal III 2020, sebab pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2020 diprediksi minus.
"Sehingga yang harus benar-benar kita perhatikan adalah di sektor konsumsi. Faktor-faktor domestik yang jauh lebih berperan," kata Faisal.
Sebelumnya, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) sudah memberi ancang-ancang akan penurunan tersebut.
"Khusus triwulan kedua, kami dari Bappenas memperkirakan penurunan ekonomi yang cukup dalam. Kami relatif menunggu saja angka yang disampaikan Badan Pusat Statistik pada tanggal 5 Agustus 2020. Tapi intinya pada triwulan dua akan ada penurunan ekonomi yang cukup tajam," kata Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Bambang Prijambodo dalam diskusi virtual, Rabu (29/07/2020).
Sementara Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sudah memiliki proyeksi terbaru pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2020. Secara keseluruhan, Sri Mulyani masih memproyeksikan ekonomi 2020 di range -0,4 persen sampai 1 persen.
"Kami sendiri sekarang memprediksikan triwulan II 2020 diproyeksikan antara minus 5,08 persen sampai 3,54 persen dengan poinnya di -4,3 persen," kata Sri Mulyani dalam paparan Laporan Semester I-2020 dan APBN Kita Juli 2020, Senin (20/7/2020).