Indonesia Harus Berupaya Mandiri Penuhi Kebutuhan Vaksin COVID-19

ERA.id - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengingatkan Indonesia harus berupaya mandiri dalam memenuhi kebutuhan vaksin COVID-19. Karena, diyakini virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 ini akan eksis untuk jangka waktu yang lama. 

"Durasi flu spanyol bisa dijadikan patokan. Flu Spanyol mulai mewabah Maret 1918, dan berlangsung  hingga Juni 1920. Pada rentang waktu Pandemi COVID-19 yang masih sulit dihitung itu, Indonesia harus berupaya menghindar dari ketergantungan akan kebutuhan vaksin Corona," ujar Bamsoet di Bali, Minggu (2/8/20).   

Karenanya, mantan Ketua DPR RI ini mendorong pemerintah fokus dalam mempercepat realisasi vaksin korona produk lokal. Pemerintah harus segera mengambil prakarsa berkomunikasi dan berkoordinasi dengan para akademisi dan peneliti. 

"Sejauh yang saya amati sampai saat ini, sudah ada upaya dari sejumlah pihak di dalam negeri untuk menciptakan vaksin korona. Namun, upaya itu tidak mudah karena ada sejumlah tantangan. Saya mendorong pemerintah untuk segera hadir di dalam upaya itu, sekaligus membantu mengurai tantangan-tantangan itu," kata Bamsoet.   

Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menuturkan, tantangan tersebut diantaranya meliputi kebutuhan biaya yang besar untuk riset dan pengembangan vaksin, upaya percepatan menghasilkan vaksin hingga tahap ketersediaannya di publik. Selain itu, tantangan lainnya menyangkut besarnya skala produksi vaksin. 

"Demi kepentingan 270 juta penduduk Indonesia, kehadiran dan keterlibatan pemerintah di dalam upaya yang sarat tantangan itu sangat relevan dan urgen. Dari komunikasi dan koordinasi dengan para akademisi serta peneliti, minimal akan ditemukan jalan keluar mengatasi tantangan-tantangan tersebut," tutur Bamsoet. 

Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini mendukung upaya inaktivasi virus yang sedang dilakukan sejumlah perusahaan Indonesia. Diantaranya, PT Bio Farma bekerjasama dengan Sinovac dari Tiongkok, PT Kalbe Farma dengan Genexine dari Korea Selatan serta perusahaan swasta dengan Sinopharm dari Tiongkok.

"Indonesia tidak bisa hanya menunggu hasil riset dan pengembangan serta produksi vaksin korona dari negara lain. Indonesia harus mandiri. Apalagi, Indonesia juga memiliki PT Bio Farma yang sudah berpengalaman membuat vaksin," pungkas Bamsoet.