Kasus COVID-19 di Lebanon Capai Angka 5.000 dan Masih Terus Meningkat
ERA.id - Ledakan berkekuatan 3.5 magnitude di pelabuhan Beirut, Selasa (4/8/2020) lalu, melukai sedikitnya 4.000 orang. Hal ini memperburuk kondisi rumah sakit yang tengah menangani naiknya kasus COVID-19 di kota tersebut.
Lebanon telah melaporkan 5.000 kasus positif COVID-19 dan 65 kasus kematian akibat infeksi virus korona tersebut. Meski angka tersebut relatif rendah, jumlah infeksi pneumonia langka ini melonjak dan kasusnya meluas di seantero Lebanon.
Meski pemerintah Lebanon baru saja menyudahi masa karantina wilayah (lockdown) selama lima hari, dokter di negara Mediterania tersebut mengkhawatirkan sistem kesehatan Lebanon yang "melampaui kapasitas", seperti dilansir The Guardian.
"Ruang I.C.U. di Rafik Hariri University Hospital saat ini sudah penuh. Jika situasi ini terus berlanjut dalam beberapa hari ke depan, rumah sakit ini tak mampu lagi menampung pasien yang memerlukan perawatan intensif," kata Dr. Osman, seorang ahli paru-paru dan spesialis perawatan intensif, pada kantor berita Arab News, Minggu lalu.
"Jumlah kasus positif saat ini melampaui 100 kasus per hari. Ini masalah besar yang tak mampu ditangani sistem kesehatan yang sudah kelebihan kapasitas."
Pihak Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa kasus virus korona meluas karena banyak terjadi pelanggaran terhadap aturan karantina wilayah. Masih terdapat laporan bahwa warga menghadiri pesta pernikahan, acara keagamaan, dan pertemuan publik lainnya.
Akibat ledakan, yang ditengarai berasal dari reaksi amonium nitrat yang bersifat 'daya ledak tinggi' menurut Dr. David Caldicott dari Australian National University, sejumlah fasilitas kesehatan di kota Beirut pun terdampak.
Investigasi visual dari koran the New York Times menunjukkan bahwa setidaknya ada dua rumah sakit di dekat gudang material di Pelabuhan Silo. Rumah Sakit Karantina terletak di sebelah timur pusat ledakan. Saat ini pasien telah dievakuasi dari rumah sakit tersebut. Sedangkan, St. George Hospital terletak pas di arah selatan ledakan dan mengalami kerusakan yang cukup parah.
Menurut data the New York Times, 9.000 orang bermukim di radius 0,8 kilometer dari pusat ledakan dan meningkat menjadi 1,86 juta orang di radius 4,8 kilometer.