Patuh Pakai Masker Dipercaya Bisa Hindari Krisis Ekonomi
ERA.id - Kepatuhan masyarakat pada protokol kesehatan memakai masker, jaga jarak, selalu mencuci tangan dinilai masih rendah. Pengetahuan terhadap protokol pencegahan COVID-19 ini disebut mencapai 90 persen, tetapi angka kepatuhan menjalankannya masih di bawah 50 persen.
Menurut Ketua Satuan Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 sekaligus Kepala BNPB Doni Monardo, persentase tersebut hasil survei mengenai kepatuhan warga terhadap protokol kesehatan di musim pandemi.
Dengan kondisi tersebut, lanjut Doni, perlu lebih digencarkan sosialisasi penegakan protokol kesehatan agar pencegahan COVID bisa meningkat.
“90 persen masyarakat sudah tahu pentingnya protokol kesehatan termasuk masker, namun angka kepatuhan masih di bawah 50 persen, berdasarkan survei,“ kata Doni Monardo, dalam jumpa pers kunjungan kerja di rumah dinas Gubernur Jabar, Bandung, Kamis (6/8/2020).
Doni meminta setiap orang untuk saling mengingatkan pentingnya kepatuhan memakai masker, umumnya menerapkan protokol kesehatan. Ia berharap, setiap seorang warga Indonesia harus bisa memengaruhi dua orang terkait penerapan protokol kesehatan ini.
“Kalau setiap orang setiap hari mampu pengaruhi 2 orang saja maka kita akan bisa tingkatkan kepatuhan terhadap protokol kesehatan khsusnya masker, menjaga jarak, hindari kerumunan dan juga sering cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir,“ kata Doni.
Kepatuhan terhadap protokol kesehatan penting di tengah ancaman krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19. Protokol kesehatan ditekankan supaya aktivitas ekonomi bisa tetap jalan. Jalannya aktivitas ekonomi akan terhindar dari dampak krisis ekonomi, antara lain, PHK.
Terlebih, kata Doni, Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk besar yakni hampir mencapai 50 juta jiwa. Sehingga diperlukan disiplin penegakan protokol kesehatan agar dampak COVID bisa ditekan.
“Oleh karenanya gerakan masker harus jadi bagian yang tidak boleh terpisahkan. Termasuk melibatkan seluruh komponen masyarakat dalam melakukan gerakan untuk patuh pada protokol kesehatan,“ katanya.
Di tempat yang sama, Gubernur Jabar Ridwan Kamil bilang berdasarkan sebuah penelitian, kepatuhan pada protoko kesehatan khususnya penggunaan masker akan mampu mencegah penularan COVID. Bahkan kepatuhan menggunakan masker efektivitasnya sama dengan lockdown.
“Lockdown dengan pakai masker sama menurunkan derajat penularan. Lockdown ada dampak ekonomi sosial, kalau pakai masker tidak,“ kata Ridwan Kamil.
Sehingga gerakan memakai masker perlu semakin digencarkan. Dengan demikian pencegahan COVID dan pencegahan krisis ekonomi bisa dilakukan bersama-sama. “Kalau ekonomi mau jalan, kegiatan jalan, sekolah pelan-pelan dibuka. Itu sebabnya kami bagi-bagi masker sekitar 6 juta untuk menengah ke bawah. Kami senang gerakan bagi-bagi masker karena teori yang kami percaya hanya itu,“ kata Ridwan Kamil.
Menurutnya, gerakan pakai masker perlu terus dilakukan sampai vaksin COVID bisa digunakan secara massal. Saat ini vaksin Sinovac asal China sedang tahap uji coba klinis di Bandung. Penelitian vaksin ini baru membuka pendaftaran untuk 1.600-an relawan.
“Vaksin sudah ada di Kota Bandung, kami sedang cari relawan, ada seribu enam ratusan yang kami cari baru terdaftar 800,“ sebutnya.
Uji coba vaksin tersebut dilakukan Sinovac dengan perusahaan vaksin berlokasi di Bandung, yakni Bio Farma. Ridwan Kamil menyebut, menurut Bio Farma hasil uji coba ini baru bisa digunakan secara masal pada 2022.
Selama menunggu proses uji coba, lanjut dia, maka protokol kesehatan wajib didegakan oleh siapa pun. Selain itu, kepala daerah yang menjadi garda terdepan memimpin pengendalian COVID di daerah harus terus semangat bekerja.
“Pemimpin harus semangat, ibarat perang, prajurit yang sudah lelah harus disemangati,“ katanya.