Jepang dan Pukulan Telak Perang Asia Timur Raya di Pasifik 1945

ERA.id - Di Perang Dunia II, Jepang terlibat dalam perang di Asia Pasifik. Perang itu kerap disebut sebagai Perang Asia Timur Raya

Jepang semakin terpojok di Pasifik. Lima tahun memasuki Perang Dunia II, Jepang kalah di Mariana dan Filipina. Sekutu pun berhasil mengambil alih Pulau Iwo Jima dan Okinawa. Dengan takluknya Jerman pada pertengahan tahun 1945, Uni Soviet diam-diam memindahkan pasukannya dari Eropa ke Timur Jauh, mengepung Jepang yang sudah kehabisan napas.

Februari 1945

Pangeran Fumimaro Konoe mengirim momrandum kepada Kaisar Hirohita yang berisi analisa bahwa keluarga kerajaan berada dalam bahaya besar, bukan akibat kekalahan, namun, karena revolusi dalam negeri Jepang. Saat itu, sang Kaisar masih berpedoman pada "tennozan", yaitu memberikan satu perlawanan pamungkas bagi Sekutu.

Pihak Sekutu juga menyodorkan perjanjian bahwa Jepang harus menyerang, dan bersedia agar persenjataan dan pasukan militernya dilucuti. Sekutu juga ingin agar para penjahat perang diadili dan Kaisar disingkirkan dari tahta.

16 Juli 1945

Pukul 5.29 pagi, Amerika Serikat berhasil melakukan ujicoba bom nuklir pertamanya, "Trinity". Ujicoba berlokasi di padang gurun Jomada del Muerto di barat daya kota Socorro, New Mexico. Ujicoba ini adalah bagian dari Manhattan Project yang dimulai pada tahun 1939 dan bertujuan mendahului Jerman dalam menciptakan persenjataan nuklir.

26 Juli 1945

Amerika Serikat, bersama Kerajaan Inggris dan China, meminta penyerahan diri tanpa syarat dari satuan militer Jepang lewat Deklarasi Postdam. Jika tidak, Jepang akan menderita "penghancuran dalam waktu dekat dan bersifat menyeluruh."

Akhir Juli 1945

Angkatan Laut Imperial Jepang (IJN) sudah lumpuh dan invasi dari Sekutu tinggal menunggu waktu.

6 Agustus 1945

Pada pukul 8.15 pagi waktu setempat, pesawat bomber Boeing B-29 Amerika Serikat meledakkan bom atom di atas kota Hiroshima. Enam belas jam kemudian, Presiden AS Harry S. Truman meminta penyerahan diri Jepang. Presiden Truman memperingatkan akan adanya "langit yang runtuh, sesuatu yang tak pernah ada di muka bumi."

9 Agustus 1945

Sehari sebelumnya, Uni Soviet mendeklarasikan perang terhadap Jepang, meski hal ini melanggar Pakta Netralitas Soviet-Jepang. Kemudian, Uni Soviet menyerbu negara boneka Manchukuo.

Kira-kira pukul 11.00, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom kedua di kota Nagasaki.

Presiden Truman kembali memberikan pernyataan yang menggarisbawahi kesungguhan Sekutu untuk menghancurkan kemampuan perang Jepang:

"Kami akan terus menggunakan [bom atom] sampai kami benar-benar menghancurkan kemampuan perang Jepang. Hanya penyerahan diri Jepang yang bisa menghentikan kami."

Setelah peristiwa ini, Raja Hirohito meminta Konsil Agung Perang Jepang agar mau menerima persyaratan dari Sekutu yang diberikan dalam Deklarasi Postdam, sehingga perang bisa berakhir.

15 Agustus 1945

Jepang menyerah dari Perang Dunia II, seperti disampaikan Kaisar Hirohito melalui kanal Gyokuon-hoso, pada tanggal 15 Agustus 1945. Pernyataan ini diakui secara formal pada tanggal 2 September 1945, mengakhiri seluruh pertikaian berdarah selama Perang Dunia II.

28 Agustus 1945

Pengambil alihan Jepang yang dipimpin oleh Jenderal Douglas MacArthur, Komandan Utama Sekutu, dimulai.

2 September 1945

Upacara penyerahan diri dilaksanakan di atas kapal USS Missouri milik Angkatan Laut Amerika Serikat. Pejabat pemerintah Jepang menandatangani Instrumen Penyerahan diri, dan secara formal menghentikan seluruh peperangan.

Beberapa tentara dan personal satuan militer Jepang yang ada di Asia dan Pasifik sempat menolak menyerahkan diri selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun, bahkan ada yang kukuh hingga dekade 1970an.

28 April 1952

Perjanjian San Francisco secara formal mengakhiri perselisihan Sekutu dengan Jepang. Empat tahun kemudian, Jepang dan Uni Soviet menandatangani Deklarasi Bersama Soviet-Jepang tahun 1956 yang isinya mengakui berakhirnya perang antara kedua negara.