Budiman Sudjatmiko: Hapuskan Kesenjangan Digital di Desa
ERA.id - Kesenjangan digital atau digital gap dipercaya masih terjadi di Indonesia. Daerah di luar pulau Jawa maupun di pelosok desa belum bisa menikmati akses internet sehigga banyak warga masih belum menikmati dunia digital apalagi di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini.
"Infrastruktur digital di desa harus terus ditingkatkan. Apalagi semua kegiatan, mulai dari bekerja hingga sekolah sudah melalui internet," kata Budiman Sudjatmiko, founder Inovator 4.0 Indonesia dalam diskusi “Bridging Digital Gap” pada MilenialFest 2020, di Jakarta, Sabtu (15/8/2020).
Perhatian ekstra terhadap infrastruktur digital di desa dirasa penting karena desa memiliki peranan penting dalam menyelamatkan ekonomi bangsa ketika krisis akibat pandemi COVID-19.
Dan untuk membangun infrastruktur digital, menurutnya pemerintah daerah tak bisa mengandalkan dana dari pusat atau perusahaan telekomunikasi. Masyarakat desa harus berpikir dan berusaha secara swadaya untuk membangun infrastruktur digital.
"Salah satunya bisa dari badan usaha milik desa (bumdes). Bumdes bisa jadi penyedia jasa ISP (Internet Service Provider) sendiri. Mereka bisa kerja sama dengan perusahaan penyedia jaringan internet swasta dan bagi hasil," jelasnya.
Budiman mencontohkan badan usaha milik nagari (bumnag) di Sumatera Barat yang berhasil menjadi SP mandiri. Melalui program internet mandiri nagari, kini nagari itu tidak lagi terisolasi dari kemajuan informasi lantaran ketiadan sinyal seluler. Justru kini, nagari itu bisa berjualan sinyal dan paket data internet.
"Hasilnya lumayan, Rp16 juta sebulan dari sekitar 200 pelanggan, yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag) itu," kata Budiman.
Dampak positifnya kini masyarakat mengakses berbagai informasi dan media sosial untuk kemajuan desa dan warga di Nagari tersebut.
Dalam diskusi tersebut, Budiman juga meminta kaum milenial melihat peluang di masa pandemi. Saat semua negara maju mengalami resesi dan ekonominya terpuruk. Artinya situasi ekonomi di negara maju tersebut sama kondisinya seperti negara berkembang atau negara miskin.
"Pandemi ini ibaratnya seperti ujian tapi soalnya sama. Seperti anak SD, SMP, SMA sedang ujian tapi soal ujiannya sama semua. Semua nilainya C, enggak ada yang berhasil. Artinya teman-teman, ada semacam peluang bahwa negara yang sudah maju duluan, sama 'oon' nya dengan yang baru belajar. Kesempatan untuk orang Indonesia untuk mengejar itu," ucapnya.
Maka dari itu ia meminta milenial untuk bekerja keras dan jeli melihat peluang bisnis yang ada. Apalagi Indonesia dianugerahi keuntungan keberagaman sosial dan letak geografis yang kaya akan sumber daya alam.
"Sumber daya manusia adalah tentang imajinasi, ilmu pengetahuan, ketiga empati. setelah itu kamu bisa melakukan banyak hal," tegasnya.