Amien Rais Tuding Kualitas Pendidikan di Era Jokowi Merosot Paling Dalam
ERA.id - Politisi PAN, Amien Rais menuding pada periode Jokowi, persoalan pendidikan justru mengalami kemerosotan paling dalam dibandingkan presiden sebelumnya. Menurutnya, menteri pendidikan pada periode 2014-2019 tak berhasil memperbaiki kualitas pendidikan.
"Karena hanya menjalankan rutinisme. Sementara yang sekarang yang katanya kurang mengetahui masa lalu tapi mengetahui masa depan menciptakan semacam anarkisme karena tidak ada lagi standar kualitas nasional pendidikan," kata Amien dalam Youtube Amien Rais Official dikutip Selasa (25/8/2020).
Ia menunjukkan hasil tes Programme for International Student Assessment (PISA) yang diselenggarakan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) pada 2018. Siswa yang diuji berusia 15 tahun di bidang matematika, science, dan reading.
"Hasilnya Indonesia selalu di urutan bawah. Untuk matematika, Indonesia berada di urutan nomor 7 paling bawah dari 79 negara," katanya.
Lalu untuk reading, Indonesia mendapatkan skor 371, menurun dibandingkan 2019 dengan skor 391. Adapun skor rata-rata negara OECD sebesar 487.
"Di bidang science, Indonesia berada pada urutan 9 dari bawah, berada jauh di bawah Malaysia, Vietnam, Brunei Darussalam, Thailand, apalagi Singapur," katanya.
Lalu penelitian Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI), dari berbagai indikator survei yang mencakup pengelolaan pendidikan, keterjangkauan, aksesibiltas, akseptabilitas, dan adaptabilitas, Indonesia hanya mendapatkan skor 77 persen. Skor tersebut sama dengan Honduras dan Nigeria dan berada di bawah Filipina 81 persen dan Ethiopia 79 persen.
"Kualitas pendidikan kita menentukan pengetahuan, keterampilan, dan profesionalitas anak-anak bangsa yang akan mengelola sumber daya alam kita yang sangat kaya," katanya.
Sebaliknya, ia menyebutkan bila kualitas pendidikan tidak kompetitif secara internasional maka tidak aneh saat menyerahkan sumber daya alam pada pihak asing. Secara otomatis, rendahnya pendidikan sejalan dengan rendahnya sumber daya manusia Indonesia.
"Kita jadi penonton yang setia dan bengong tatkala kekayaan alam kita, minyak kita, minerba kita, hasil hutan dan laut diangkut keluar secara semena-mena," katanya.