Thich Quang Duc: Berdemonstrasi Hingga Membakar Dirinya Sampai Mati

ERA.id - Jika berdemonstrasi dengan toa dan meneriakkan yel-yel di jalan raya hingga menutup jalan, lain halnya dengan Thich Quang Duc. Ia membakar dirinya pada tanggal 11 Juni 1963, di persimpangan Jl Phan Dinh Phung dan Jl Le Van Duyet, Saigon, Vietnam.

Saat itu, Thich Quang Duc keluar dari mobil bersama dua biksu lainnya. Salah satu biksu menempatkan alas duduk di tengah jalan, sementara biksu kedua membuka bagasi dan mengeluarkan lima galon bensin.

Tak lama, orang-orang di sekitar persimpangan melingkar dan mengelilingi Thich Quang Duc yang duduk dalam posisi teratai (yang merupakan posisi meditasi Buddha tradisional) di atas alas duduk. Muridnya lalu menyiram bensin ke tubuh Duc yang sedang bermeditasi.

Setelah disiram, Duc memutar kalung doa yang terbuat dari kayu dan membacakan paritta Nianfo ("penghormatan untuk Buddha Amitābha") sebelum korek api dinyalakan dan api membakar dirinya sampai mati.

Duc saat tewas terbakar/Malcolm Browne

Mengapa Duc rela mati dengan jalan membakar diri seperti yang dikisahkan di atas? Itu dikarenakann Quang Duc gerah dan protes menentang penganiayaan kaum Buddha oleh pemerintahan Ngo Dinh Diem yang anti-Buddhis di Vietnam.

Saat itu penduduk Vietnam 70–90 persen pemeluknya menganut Buddhisme. Namun, Presiden Diem kerap mendiskriminasi, menyiksa, dan membunuh umat Buddha entah karena motif apa. Disebut dalam beberapa sumber, Diem membawa sentimen agama di Vietnam saat itu.

Kata-kata terakhir Quang Duc sebelum membakar diri sendiri tercatat di dalam sebuah surat yang ia tinggalkan:

Sebelum menutup mataku dan mendekatkan diriku kepada Buddha, dengan penuh rasa hormat aku meminta kepada Presiden Ngo Dinh Diem untuk menunjukkan sedikit rasa belas kasih kepada rakyat dan memberlakukan kesetaraan agama untuk mempertahankan kekuatan negeri ini selamanya. Aku juga memanggil mereka yang dimuliakan, mereka yang terhormat, anggota-anggota sangha, dan Buddhis awam untuk secara solider melakukan pengorbanan dalam rangka melindungi Buddhisme.

Sementara David Halberstam, yang meliput momen itu, mengaku:

"Aku hendak mengamati lagi, tetapi sekali saja sudah cukup. Api itu datang dari seorang manusia; tubuhnya secara perlahan mengering, kepalanya menghitam dan menjadi arang. Di udara tercium bau daging manusia terbakar; seorang manusia secara mengejutkan terbakar dengan cepat. Di belakangku, aku bisa mendengar isak para warga Vietnam yang sekarang berkumpul. Aku terlalu syok untuk menangis, terlalu bingung untuk mencatat atau mengajukan pertanyaan, dan terlalu bingung untuk berpikir... Ketika ia terbakar, ia tidak pernah bergerak sedikitpun, tidak membuat suara, ketenangannya berlawanan dengan orang-orang yang meratap di sekelilingnya."

Setelah aksi bakar diri tersebut, AS memerintahkan Diem untuk membuka kembali perundingan. Diem kemudian menjadwalkan pertemuan kabinet darurat pada saat pukul 11.30 pada tanggal 11 Juni untuk mendiskusikan krisis Buddha yang ia yakini akan mereda.

Duc saat dilalap api/Malcolm Browne

Akibat kematian Quang Duc, Diem membatalkan pertemuan dan bertemu secara pribadi dengan menteri-menterinya. Pemangku Jabatan (acting) Duta Besar AS di Vietnam Selatan William Trueheart memperingatkan Nguyen Dinh Thuan, Sekretaris Negara Diem, untuk segera menyelenggarakan sebuah perundingan, dan berkata bahwa situasi tersebut "berbahaya karena hampir kritis" dan mengharapkan agar Diem memenuhi lima hal yang diminta umat Buddhis.

Sekretaris Negara Amerika Serikat, Dean Rusk memperingatkan kedutaan Saigon bahwa Gedung Putih akan secara terbuka mengumumkan tidak akan lagi "mengasosiasikan diri" dengan rezim jika hal tersebut tidak dilakukan.

Akhirnya, sebuah Komunike Bersama dan konsesi untuk kaum Buddhis ditandatangani pada tanggal 16 Juni, setelah pada 15 Juni menjadi tanggal yang dipilih untuk melangsungkan pemakaman, yang mengumpulkan 4.000 orang di luar pagoda Xa Loi, hingga acara tersebut ditunda. Pada tanggal 19 Juni, tubuh Duc dibawa dari Xa Loi menuju pemakaman 16 kilometer (9,9 mi) di sebelah selatan kota untuk dikremasi ulang dan dimakamkan.

Setelah kematiannya, tubuh Quang Duc dikremasi, tetapi jantungnya tetap utuh. Jantung tersebut kemudian dianggap suci dan diletakkan di dalam sebuah cawan di Pagoda Xa Loi.

Adapun kronik lengkap dari kematian Duc, bisa dibaca di sini dan di sini.