Menanti Alternatif Selain Jokowi dan Prabowo

This browser does not support the video element.

Jakarta, era.id - Debut empat partai politik (parpol), Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Perindo, Partai Garuda, dan Partai Berkarya sebagai peserta Pemilu 2019 jadi sinyal baiknya demokrasi di Indonesia.

Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA), Ray Rangkuti, memandang lolosnya empat parpol tersebut bisa jadi pilihan alternatif. Ray yakin parpol baru dapat memecah suara para pemilih yang telah bosan dengan polah parpol-parpol lama.

"Kalau dilihat dari identitas partai yang rendah di bawah 10 persen, jadi artinya pemilih kita banyak yang tidak punya partai. Jadi memungkinkan partai-partai baru ini mendapatkan suara," kata Ray, kepada era.id.

Dinamisnya konstelasi di ranah parpol itu dapat juga didorong ke dalam bursa pencalonan presiden dan wakil presiden. Sebab sejauh ini hanya ada dua kandidat yang memberikan sinyal pertarungan paling kuat, yakni Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto. Dilihat dari hasil survei sejumlah lembaga yang dihimpun era.id, Jokowi dan Prabowo selalu berada di urutan teratas figur calon presiden.

Dalam survei yang dilakukan SMRC pada 3-10 September 2017, elektabilitas Jokowi mencapai 38,9 persen, jauh di atas Prabowo yang hanya memperoleh 12 persen. Hasil survei Indo Barometer 23-30 Januari 2018 menunjukkan irama yang sama. Dalam survei itu, elektabilitas Jokowi mencapai 47,5 persen, mengungguli Prabowo yang hanya 19,4 persen. Dalam survei Poltracking, PolMark, dan Indikator Politik, juga menunjukkan hasil yang sama, yakni pertarungan antara Jokowi dan Prabowo. Keduanya hanya berbagi persentase dalam jumlah berbeda di tiap-tiap hasil survei tersebut.

Calon alternatif

Nama-nama calon alternatif di luar Jokowi dan Prabowo sejatinya turut muncul dalam berbagai survei yang dilakukan. Dalam hasil survei SMRC, di bawah Jokowi dan Prabowo, muncul nama Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan elektabilitas 1,6 persen.

Posisi SBY ada di atas Anies Baswedan (0,9 persen), Basuki Tjahaja Purnama (0,8 persen) hingga Jusuf Kalla (0,8 persen). Nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang digadang-gadang sebagai putra mahkota Demokrat pun jauh di bawah SBY dengan perolehan 0,3 persen suara.

Hasil survei lain, nama mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo muncul sebagai pesaing Jokowi dan Prabowo, meski elektabilitasnya hanya 2,4 persen, jauh di bawah Jokowi dan Prabowo. Di bawah Gatot, Anies dan AHY kembali bersaing dengan perolehan 1,8 persen dan 0,9 persen.

Mengutak-atik pemetaan politik berdasar hasil survei lain tanggal 13-25 November 2017 yang dilakukan PolMark, nama AHY, Anies dan Gatot kembali menempati posisi tiga, empat dan lima di bawah Jokowi dan Prabowo. 

Namun, jika pada survei lain menunjukkan perolehan suara ketiganya tak pernah mencapai angka dua persen, dalam survei PolMark ini AHY dan Anies kembali bersaing ketat seperti pada Pilkada DKI Jakarta 2017.

Dalam survei ini, Gatot menempati posisi lima dengan elektabilitas bulat dua persen. Di atasnya, Anies memperoleh 4,5 persen, di bawah AHY yang berhasil memenangi 4,8 persen dari total 2.600 suara responden.

Tag: pilpres 2019