Siapa yang Mengajari Orang Indonesia Membuat Gorengan?
ERA.id - Kapan orang Indonesia mulai mengenal gorengan lalu kemudian membuatnya sebagai kudapan untuk dijual atau sekadar disantap bersama keluarga atau kawan-kawan?
Tak ada yang tahu jawaban pastinya. Meski begitu, cara masak dengan menggoreng bisa dilacak kapan masuk ke Indonesia. Teknik menggoreng dengan minyak banyak sudah ada sejak lama, sih.
Dalam buku A History of Food (2008), teknik menggoreng dalam minyak banyak, alias deep frying, sudah dipakai sejak 1200 SM di Mesir. Dari Mesir, teknik ini kemudian menyebar ke seluruh dunia.
Cara Mesir menggoreng lalu diikuti negara lain. Seperti di Amerika Serikat, yang punya banyak jenis gorengan yakni perkedel jagung dan kue kepiting, hingga daerah selatan yang amat membanggakan lauk khas mereka: ayam goreng.
Jika merujuk pada Southern Provisions: The Creation and Revival of a Cuisine (2015), aneka ria gorengan di Amerika Serikat mulai populer sejak 1830.
Di Nusantara, siapa lagi pembawa teknik memasakan yang ciamik kalau bukan dari China? Kita patutnya berterima kasih kepada mereka, karena tanpa mereka, tak banyak makanan yang bisa kita santap sampai sekarang.
Dalam Peranakan Tionghoa Dalam Kuliner Nusantara (2013), disebutkan bahwa teknik menumis (fan chao), misalkan, tak pernah dikenal oleh penduduk Nusantara. Teknik menggoreng dengan sedikit minyak, memakai api besar, dan diaduk, kemudian dikenal di dunia Barat sebagai stir fry.
Dalam seni memasak Cina, ada beberapa teknik menggoreng yang diadopsi warga Nusantara. Mulai dari menggoreng dengan sedikit minyak (jian), juga menggoreng dalam banyak minyak (zha). Teknik zha ini yang kemudian menjadi dasar dari segala jenis gorengan di Indonesia.
Berawal dari teknik itulah, tercipta bermacam-macam gorengan yang kerap kita makan. Seperti ote-ote yang dikenal di kawasan Surabaya dan sekitarnya. Ada pula yang menyebutnya weci, bakwan, dan lainnya.
Lantas dari mana minyak goreng lahir? Pada abad ke-19, orang Nusantara sudah terdorong untuk memanfaatkan buah kelapa sebagai minyak dan masuknya kelapa sawit pada abad ke-19.
Pada awal abad ke-20, minyak kelapa menjadi hasil utama dari budi daya kelapa. Dari keperluan domestik, minyak kelapa kemudian menjadi komoditas perdagangan.