Yoshihide Suga, 'Pemain di Belakang Layar', Difavoritkan Gantikan Shinzo Abe Sebagai PM Jepang

ERA.id - Yoshihide Suga, yang menjabat sebagai sekretaris kabinet sejak tahun 2012 dan dianggap lebih sebagai 'manusia di belakang layar', dikabarkan akan menang mudah dalam pemilihan ketua Partai Demokratik Liberal (LDP) sekaligus untuk menjabat sebagai perdana menteri Jepang menggantikan Shinzo Abe yang mengundurkan diri akhir Agustus lalu.

Pemilihan internal partai LDP akan berjalan Senin (14/9/2020). Banyak pengamat memprediksi bahwa Suga, yang telah mengamankan dukungan dari faksi-faksi internal partai akan unggul jauh dari dua rivalnya, yaitu kepala kebijakan LDP Fumio Kishida dan eks menteri pertahanan Jepang Fumio Kishida. Seperti dikatakan berbagai media internasinoal, Suga pun dipastikan akan disahkan menjadi perdana menteri oleh parlemen Jepang Rabu pekan ini.

Suga, yang saat ini berusia 71 tahun, dianggap menjadi perpanjangan tangan Abe. Ia sendiri menjamin bahwa kebijakan ekonomi Abe - yang memadukan belanja pemerintah dalam jumlah besar, reformasi struktural, dan kebijakan moneter yang longgar - tidak akan banyak ia utak-atik.

"Satu-satunya alasan Suga menjadi pemuncak kekuasaan adalah karena ia berjanji akan meneruskan kebijakan Abe. Sehingga sebagai seorang perdana menteri baru, ia tidak akan terbebani dengan catatan pemerintahan sebelumnya," kata Koichi Nakano, guru besar ilmu politik dari Universitas Sophia di Tokyo, seperti dilansir The Guardian.

Dalam hal kebijakan politik, Suga pun akan meneruskan prioritas hubungan Jepang dengan Amerika Serikat di tengah makin agresifnya China dan Korea Utara.

Suga sendiri dipandang sebagai politisi pekerja keras, yang menaiki tangga karir politik berdasar jerih payah sendiri. Berbeda dengan Shinzo Abe yang berasal dari dinasti politik Jepang - ayahnya menteri keamanan, kakeknya perdana menteri - Suga 'hanyalah' anak sulung dari petani stroberi dan guru di kota Yuzawa, prefektur Akita yang terpencil.

Setelah lulus SMA di Yuzawa, Suga kuliah di Tokyo dan bekerja part-time di pabrik kardus dan di pasar ikan Tsukiji agar bisa membiayai studi.

Memulai karir politik pada 1987, ia terpilih menjadi anggota dewan kota Yokohama hingga dijuluki sebagai 'walikota bayangan'.

Terpilihnya Suga sebagai perdana menteri dianggap sejumlah pakar sebagai kesempatan Jepang untuk lepas dari resesi ekonomi akibat pandemi COVID-19.

"Jika Suga bertahan, hal itu terjadi karena ia tidak berasal dari dinasti politik," kata Tobias Harris, pakar Jepang di Teneo Intelligence yang berpusat di Washington, AS.

"Dengan menapaki satu persatu tangga karir politik, ia siap untuk bekerja lebih keras dan mampu lebih terhubung pada warga ketimbang yang dicapai Abe. Selama karir politiknya, dan juga sebagai penasihat Abe, ia terus fokus pada isu-isu utama yang menjadi perhatian para warga."