Sejarah di Balik Teko Blirik atau Gelas Loreng yang Melegenda

ERA.id - Tahu teko blirik atau gelas brilik? Itu lho, teko yang bermotif batik berwarna hijau yang melegenda. Teko blirik biasanya dijuluki teko loreng, karena motifnya seperti warna seragam militer.

Teko ini populer pada tahun 1960 dan kini sudah jarang terlihat. Jika ada, paling di rumah kakek atau nenek atawa kenang-kenangan orang tua untuk minum teh apalagi kopi

Teko blirik diperkirakan sudah ada sekitar tahun 1830. Pengunaannya di Indonesia dimulai setelah perang Diponegoro yang terjadi pada tahun 1830. Teko yang memiliki ciri khas lurik-lurik (blirik berwana hijau putih) pada saat itu banyak digunakan oleh kalangan perkebunan utamanya kalangan buruh.

Agen teko blirik yang membawa teko itu ke Hindia Belanda pertama kali adalah seorang pedagang asal Belanda kelahiran Belgia bernama Jan Mooijen. ia membuka agen penjuakan teko blirik pada tahun 1845 ketika Belanda masih menjajah Indinesia.

37 tahun sebelum kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tahun 1908, teko blirik dijadikan salah satu identitas Hindia Belanda di pasar Gambir, bahkan dalam perjalanannya, teko blirik diandalkan banyak petani, nelayan, dan buruh di Jawa. Pada tahun 1921, teko blirik digunakan sebagai simbol perjuangan buruh dan petani, sama seperti topi caping keroak.

Akhirnya, zaman penjajahan surut. Masuk ke era yang baru. Pada tahu 1960, teko blirik masih berjaya. Pada 1990, pasar menjungkalkannya. Alasannya sederhana, produk yang murah dan sama gunanya, pasti akan diburu konsumen, walau kualitasnya berbeda.

Sulitnya teko blirik bersaing, membuat teko berbahan plastik yang lebih murah, mulai dipajang di etalase toko dan menjadi pilihan masyarakat di kemudian hari.

Hal menarik dari teko blirik

1. Bahan enamel

Gelas blirik dibuat dari seng dan lapisan gilapnya merupakan lapisan enamel yang banyak digunakan untuk melapisi porselen. Karena dilapisi enamel, maka teko blirik bisa bertahan lama (awet) dan tahan karat meskipun terkena panas.

2. Tempat minum teh

Seperti yang kita ketahui, bahwa orang Eropa yang pernah menjajah, membawa banyak budaya yang akhirnya diadaptasi oleh masyarakat Indonesia, salah satunya adalah budaya minum teh. Muasal teko blirik berkaitan dengan kebiasaan orang Eropa minum teh di mana perangkat minum tehnya adalah teko blirik, cangkir blirik dan juga lepek. Seiring berjalannya waktu, kebiasaan tersebut menular khususnya bagi para pekerja kebun.

3. Simbol perjuangan kaum buruh

Meski teko blirik barang mewah, sebab kita tahu, dulu leluhur kita gemar juga menggunakan kendi sebagai tempat minum, namun nyatanya teko blirik menjadi simbol petani yang minum teh di ladang ditemani rantang makan siang.

Hal ini terbukti ketika adanya teko buruh yang terjadi Semarang, di mana pada saat itu, massa membawa cangkir blirik dan caping sebagai bentuk perlawanan terhadap penindasan pemerintahan belanda.

4. Barang antik berharga murah

Teko blirik kini telah menjelma menjadi barang antik yang banyak digunakan sebagai display bagi para kolektor atau penyuka barang lawas. Di beberapa akun Instagram barang klasik, teko blirik dijual dengan harga di bawah Rp200 ribu, murah bukan?