M R T Selentik Konstruksi Sosial Masyarakat Perkotaan
"Penggarapan album ini bisa dibilang sangat panjang dan melelahkan. Tapi kami sangat menikmati itu. Album ini adalah rangkuman dari karya-karya kami yang udah dibuat dari tahun 2013 yang sejak saat itu selalu kami rekam, kumpulin dan seleksi, tapi masih belum menemukan jalur yang baik buat ngalbum. Akhirnya, di tahun 2016 kami nemuin titik cerah saat seorang teman mau garap kami di bawah naungan Rekaman POTS. Di 2017, kami langsung garap semua lagu pilihan dari awal lagi," tutur Dimas kepada era.id.
Dimas melanjutkan, album ini mereka dedikasikan kepada para penikmat musik rock Tanah Air dan berharap musik mereka bisa dinikmati oleh banyak orang meskipun di dalamnya bersemayam barisan komposisi yang terbalutan kadar idealisme tinggi. Apalagi dari sisi lirik, mereka mencoba melakukan alih bahasa di beberapa lagu yang sebelumnya ada di EP (album mini) Echoes (2016).
"Dan (album ini adalah gambaran) ego kami sebagai band yang harus ngerilis album debut. Mungkin saja setelah ini kami cuma ngeluarin single-single, terus buat video klip, manggung, terus single-single lagi, video klip, dan manggung lagi. Nggak ada yang tahu," timpal Shoni.
Selama proses penggarapan album ini, M R T tidak bekerja sendiri. Mereka melibatkan beberapa musisi seperti Yudhis dan Firas dari band Rachun, Arend Michiels (violis Keroncong Tugu) dan Praditya Ramadhan (perkusi). Namun Dimas menegaskan, ia dan teman-temannya tidak memiliki referensi khusus karena setiap kali membuat lagu selalu berdasarkan atas apa yang keluar dari kepala mereka.
"Kurang lebih apa yang ada di album ini semacam lawatan kami kepada referensi yang udah ada sebelumnya; band-band Seattle Sound, nu-metal, pop, blues, jingle iklan di TV, atau apa lagi lah banyak pokoknya. Mungkin cuma beberapa yang keliatan banget dari yang udah disebutkan, sisanya ya masuk ke kesadaran kolektif kami dalam bermusik; ada (referensi baru), tapi enggak ada-ada banget," sambung Dimas.
Secara garis besar, benang merah lirik yang disampaikan M R T melalui album ini adalah dekonstruksi sosial. Mereka ingin menyampaikan, di tengah konstruksi sosial masyarakat perkotaan yang terlihat apik sebetulnya masih banyak kelemahannya.
"Entah itu buat diri loe, orang-orang di sekitar loe, idola loe atau apapun yang sifatnya hidup," lanjutnya.
"Lebih ke interaksi sama diri sendiri, sih. Komunikasi. Banyak yang menyuarakan pentingnya hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, tapi kadang dirinya sendiri kurang diperhatikan. Intinya, biar kita berkaca lebih dalam aja. Loe boleh mikirin orang, tapi loe inget diri loe tuh juga penting," Shoni mengakhiri.