Australia Hadapi Krisis COVID-19 di Klaster Panti Jompo Kawasan Miskin

ERA.id - Australia mencatatkan 870 kasus kematian akibat COVID-19 per akhir September 2020. Namun, data terbaru dari departemen kesehatan menunjukkan mayoritas dari kasus tersebut terjadi di panti jompo yang ada di kawasan miskin.

Saat ini terdapat 650 kasus kematian akibat COVID-19 di fasilitas panti jompo, menjadikannya klaster terbesar krisis korona di Australia. Lebih lanjut lagi, berdasarkan analisa yang dilakukan koran The Guardian, kematian tidak terjadi merata secara geografis, karena ternyata lebih dari sepertiga angka tersebut terjadi di kawasan miskin.

Data dari dinas kesehatan setempat menunjukkan bahwa pada tanggal 18 September, ketika angka kematian di panti jompo masih 550 kasus, 41 persennya terjadi di kawasan dengan tingkat sosio-ekonomi rendah. Misalnya, di kawasan Birbank, Melbourne, yang hampir separuh penduduknya adalah imigran dan pekerja 'kerah biru', kematian akibat COVID-19 di panti jompo telah menyumbang 10 persen dari total kematian COVID-19 di negara bagian Victoria.

Total angka kematian akibat COVID-19 di negara bagian Victoria mencapai 600 kasus, dan menjadi yang terbesar di seluruh Australia.

Sementara itu, panti jompo St Basil's, di mana 44 penghuninya meninggal akibat infeksi COVID-19, berada di kawasan Fawkner yang termasuk dalam kawasan termiskin di Australia.

"Kita tak usah berpura-pura bahwa tiap orang setara di tengah pandemi COVID-19," kata Dr. Stephen Duckett, direktur program kesehatan di the Grattan Institute. "Orang-orang yang paling terbebani adalah mereka yang paling tidak sejahtera dan memiliki gaji lebih rendah dari yang lain. Jadi ketika ada yang bilang, 'Bisnis sedang payah,' mungkin itu benar, tapi kaum miskinlah yang menanggung bebannya."

Salah satu faktor cepatnya persebaran virus, kata Duckett, adalah karena hunian yang terlalu padat. Di kawasan utara kota Melbourne dan Flemington sendiri terdapat 9 rumah susun yang jumlah penghuninya tak memungkinan aturan jaga jarak.

"Lift-nya sangat sempit dan kemungkinan terpapar virus sangat besar," kata Duckett. "Jadi resiko infeksi yang lebih tinggi diakibatkan bentuk hunian yang tersedia."

Kondisi seperti itu pada akhirnya memberi konsekuensi yang buruk bagi kaum lansia yang tinggal di kawasan miskin kota Melbourne, Victoria.

"Kawasan dengan tingkat sosio-ekonomi yang lebih rendah berisi warga yang terpaksa memakai transportasi publik, harus bekerja di kantor, dan tidak bisa melakukan karantina mandiri selain di dalam rumahnya," kata Joseph Ibrahim, kepala unit riset mengenai hukum dan populasi usia lanjut di Monash University.

"Kawasan seperti itu berpotensi memiliki klaster industri yang beresiko, akibatnya wabah COVID-19 lebih mungkin terjadi," pungkasnya.