Menanti Tuah Nurdin Abdullah di Pilkada Makassar 2020

ERA.id - Empat pasangan calon (paslon) di Pilkada Makassar 2020 kini bergerak memanaskan mesin politiknya lewat sokongan relawan dan parpol pengusung serta tokoh di balik para kandidat. Sejauh ini, di beberapa lembaga survei, pertarungan di Pilwalkot Makassar cukup kompetitif. Masing-masing mengklaim bahwa dirinya menempati urutan teratas dari survei tersebut.

Sekadar diketahui, para calon wali Kota Makassar dan wakilnya, yakni Danny Pomanto-Fatmawati (Adama) dan Syamsu Rizal-Fadli Ananda (Dilan), Appi-Rahman, dan Irman YL-Zunnun NH (Imun).

Direktur Parameter Publik Indonesia (PPI), Ras MD, mengungkapkan terlepas dari hasil survei, semua kandidat punya peluang menang, sebab masih tersisa waktu dua bulan yang sangat memungkinkan terjadinya lompatan elektabilitas. Apalagi, masih ada kekuatan besar yang belum mempertegas arah dukungannya. 

Kekuatan itu yakni dukungan Nurdin Abdullah (NA) yang merupakan Gubernur Sulsel. Menurutnya, arah dukungan orang nomor satu di Sulsel itu akan sangat mempengaruhi peta kekuatan kandidat di Pilwalkot Makassar.

Bahkan bisa jadi dukungan NA akan menjadi kunci atau penentu kemenangan kandidat di Pilwalkot Makassar. "Pertarungan hingga saat ini masih sangat kompetitif. Dalam situasi seperti ini, ada kekuatan besar yang amat ditunggu di luar kekuatan elite atau tokoh di balik kandidat. Nah, kekuatan besar itu adalah arah dukungan NA, Gubernur Sulsel saat ini. Dukungan Sang Gubernur akan jadi penentu kemenangan kandidat di Pilwalkot Makassar," ucapnya, Sabtu (3/10/2020) lalu, dikutip dari rilis tim Dilan.

Nurdin dan Rudi Djamaluddin

Ada dua variabel kekuatan NA yang bisa menentukan hasil akhir Pilwalkot Makassar. Pertama, NA bisa dibilang adalah pengendali birokrasi Makassar saat ini, karena tak ada wali kota definitif, melainkan sebatas penjabat wali kota yang ditunjuk oleh Gubernur Sulsel.

Makanya, NA bisa dibilang menggenggam kekuatan birokrasi. "Melalui kekuatan penjabat wali kota, beliau bisa dengan mudah menghidupkan mesin birokrasi Makassar untuk kepentingan pilwalkot, kapan pun beliau inginkan," ucapnya.

Kedua, kekuatan NA juga terletak pada pengaruhnya di akar rumput. Mantan Bupati Bantaeng dua periode itu masih memiliki basis massa yang besar di ibukota provinsi Sulsel yang bisa digerakkan mendukung kandidat.

"NA memiliki pengaruh signifikan di akar rumput. Selain kekuatan birokrasi, beliau juga secara personal punya pengikut militan di Makassar," terang Ras MD

Ia pun berkesimpulan dengan kekuatan besar itu, dukungan NA memiliki dampak sangat signifikan terhadap elektoral figur yang didukungnya. Ras Md mencontohkan, bila NA mendukung Adama, maka tak ada keraguan paslon nomor urut satu itu akan menang.

Sekadar diketahui, sampai sekarang arah dukungan politik NA belum terbaca. Ia berhak bimbang dan berpikir matang-matang. Sebab pada tiap pasangan calon sekarang, tokoh politik yang ada di baliknya, bisa muncul dan menjadi lawan berat NA pada Pilgub Sulsel 2023 mendatang.

Bisa jadi pula, langkahnya akan kandas begitu saja, saat partai-partai tak mendukungnya sama sekali dan mengarahkan dukungannya pada tokoh politik di balik para calon. Apa yang tidak mungkin? Berkaca pada tahun 2018 lalu, NA diketahui sempat kesulitan mencari parpol walau surveinya bagus. Belakangan, ia akhirnya rela menjalankan politik transaksional dan menumbalkan pasangan awalnya, yakni Tanri Bali Lamo diganti dengan adik Amran Sulaiman, Andi Sudirman Sulaiman.

Nurdin dan Andi Sudirman/Ist

Selama pemerintahannya, isu impeachment atau pemakzulan juga pernah menguar. Ini tak lain karena di tengah jalan, ia dan Andi Sudirman Sulaiman kurang akur dan membuat kebijakan mereka menjadi masalah di kemudian hari di mata DPRD Sulsel.

Kini ia harus berpikir, apakah harus mendukung Adama yang ditopang Rusdi Masse (RMS) dan Andi Iwan Aras (AIA), Imun dibantu oleh Syahrul Yasin Limpo (SYL) dan Nurdin Halid (NH), Appi-Rahman dibantu penuh Aksa Mahmud dan keluarga, serta Dilan yang didukung mantan Wali Kota Makassar Ilham Arif Sirajuddin (IAS), Ketua PDIP Sulsel Andi Ridwan Wittiri, dan mantan Menteri Pertanian Amran Sulaiman.